Matematika Tidak Selamanya harus Dipelajari dengan Menghafal

Siswi kelas IV SD Al Hikmah Surabaya, Thalia Zalfa Anindita, berhasil membawa pulang emas pada olimpiade matematika tingkat internasional.

Yakni, Challenge for Future Mathematicians (CFM) Oktober lalu. Saat ditemui di sekolahnya belum lama ini, Thalia menceritakan pengalamannya dengan penuh semangat.


Siswa sembilan tahun tersebut yang satu ini menyukai matematika sejak duduk di kelas I.

Alasan kuat di balik rasa sukanya itu, Thalia pernah mendapatkan medali perunggu dalam Kompetisi Matematika Nalariah Realistik (KMNR).Itu merupakan olimpiade pertama yang diikuti saat masih kelas I.

Disusul medali perak pada olimpiade serupa saat dia beranjak di kelas II. Puncaknya saat kelas III. Sulung dari dua bersaudara itu meraih medali emas.
Di kelas IV, Thalia kembali mengikuti KMNR dan berhasil lolos ke babak penyisihan.

”Sudah lolos babak berikutnya. Penyisihannya minggu depan,” katanya kepada wartawan koran ini.

Sembari mempersiapkan mental dan kemampuan pada tahap penyisihan itu, dia mengukir prestasi di CFM.

Olimpiade tersebut diawali tahap karantina selama lima hari, yakni pada 22-26 Oktober. Olimpiade tersebut dihelat pada 28 Oktober.

Selain digembleng di sekolah, Thalia tidak pernah absen memantapkan materi dan latihan soal-soal saat di rumah bersama orang tuanya.

”Latihan sama mama dan ayah di rumah. Diulang-ulang sampai nancep ilmunya,” ucapnya.

Thalia mengatakan, matematika tidak selamanya harus dipelajari dengan menghafal. Metode pembelajaran yang diterapkan orang tuanya di rumah tergolong cerdik.

Yakni, memberi Thalia contoh soal lengkap dengan cara pengerjaannya. Setelah itu, Thalia bertugas membaca dan memahami contoh tersebut. Esok harinya dia diberi tipe soal yang hampir sama untuk dikerjakan.

Abdul Halim, Waka Kesiswaan SD Al Hikmah, menuturkan bahwa Thalia merupakan bibit muda olimpiade yang lahir bukan karena kebetulan.

Melainkan sudah ditempa dengan latihan intensif dan semangat dalam diri yang kuat.

‘Dia punya kemampuan berpikir logika matematika sederhana dengan sangat baik. Juga, sudah terbiasa dilatih dengan pola soal Olimpiade, yaitu menalar,” ucap lulusan fisika dari PGRI Adi Buana itu.

Halim menyebut Thalia yang kerap lolos seleksi olimpiade juga dibina guru pengajar khusus. Sebab, kemampuannya harus terus dikembangkan, mengingat tipikal soal-soal olimpiade yang dinamis.

(hay/c15/dio)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *