Ritual Pemuja Setan atau Festival Budaya Pemicu Gempa dan Tsunami ??

PALU – Bencana gempa dan tsunami Sulawesi Tengah (Sulteng) sudah hampir sebulan berlalu.
Pada 28 September lalu, Kota Palu, Donggala dan Sigi diguncang gempa, diterjang tsunami dan ditelan lumpur likuifaksi, saat Festival Pesona Palu Nomoni (FPPN) akan dibuka.

Pemerintah Kota Palu didukung Pemprov Sulteng dan Kementerian Pariwisata awalnya berencana menggelar FPPN pada 28-30 September.

Bacaan Lainnya

Ini merupakan event tahunan (edisi ketiga) yang digelar sejak era walikota Hidayat dan wakilnya, Sigit Purnomo Said alias Pasha Ungu memimpin pemerintahan di Palu.

Acara ini rencananya dipusatkkan di Sepanjang Pesisir Teluk Palu, dimulai dari ujung Hotel Wina Pantai sampai ujung menuju belokan menuju Swiss Bell Hotel. Bagi Pemkot Palu, hajatan Palu Nomoni ini untuk mengungkap kembali kearifan budaya masa lalu yang sudah ratusan tahun tenggelam.

Target utamanya adalah mempromosikan pariwisata Sulteng, khususnya Palu hingga ke mancanegara.

Beragam kegiatan sudah disiapkan untuk meramaikan FPPN ini, dengan konsep acara sesuai namanya, Palu Berbunyi (ramai). Mulai atraksi tarian, pertunjukan seruling tradisional kolosal lalove dan panggung gimba di sepanjang teluk Palu. Ada juga, lari maraton, lomba paralayang dan lainnya.

Sebenarnya keinginan Pemkot Palu mempromosikan budaya dan adat setempat ke kancah internasional sudah berada di jalur yang tepat. Terbukti, acara FPPN sudah mendapat perhatian wisatawan mancanegara.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *