Disinseksi Kawasan Terdampak Likuefaksi

JAKARTA– Salah satu yang paling dikhawatirkan dalam penanganan pascabenacana adalah penyebaran penyakit. Baik yang bisa ditularkan bakteri, kuman, maupun serangga. Karena itulah, kemarin (18/10) Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaksanakan disinseksi di Balaroa, Jono Oge, dan Petobo. Ketiganya merupakan tiga kawasan di Palu dan Sigi, Sulawesi Tengah, yang mengalami likuefaksi sebagai buntut gempa yang terjadi pada 28 September lalu.

Akibat likuefaksi itu, tanah di ketiga kawasan jadi melunak dan menelan ribuan rumah. Ribuan orang yang diperkirakan ikut terbenam di dalamnya sampai kemarin belum ditemukan. Ikut terlibat juga dalam disinseksi itu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Pemda Sulawesi Tengah (Sulteng).

Bacaan Lainnya

Caranya, dengan menebar disinfektan menggunakan helikopter MI-8 milik BNPB. “Dilakukan dengan metode water spraying pada titik tengah yang terdampak likuifaksi,” ungkap Kabidpenum Puspen TNI Kolonel Sus Taibur Rahman kemarin.

Mengandalkan cairan disinfektan, sambungnya, bakteri, kuman, maupun serangga yang bisa menimbulkan penyakit lebih cepat mati. Sehingga potensi penyebarannya bisa ditekan. Di antara beberapa penyakit yang bisa ditularkan bakteri, kuman, maupun serangga itu adalah diare, kolera, malaria, dan demam berdarah.

Sebelum disinseksi dilakukan, masyarakat maupun pengungsi di sekitar Balaroa, Petobo, dan Jono Oge menggunakan masker. Agar mereka tidak kena dampak cairan disinfektan yang disebar. Selain itu, mereka juga sudah diminta menjauh dari lokasi-lokasi terdampak likuifaksi. ”Pada jarak lebih kurang 200 meter dari lokasi penyemprotan,” imbuh Taibur.

Penanganan wilayah terdampak likuefaksi tidak hanya dengan water spraying, tetapi juga fogging. Langkah tersebut telah dilakukan di Petobo dan Balaroa. Juga, di halaman rumah sakit yang digunakan untuk pengumpulan jenazah yang telah berhasil dievakuasi.

Contohnya RS Undata, RS Madani, dan RS Bhayangkara. ”Tindakan itu merupakan upaya untuk membasmi vektor yang dapat mengancam kesehatan lingkungan,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Namun demikian, sambung dia, penimbunan wilayah terdampak likuifaksi harus segera dilakukan sebagai solusi jangka panjang. Sebab, banyak korban meninggal yang diperkirakan masih tertimbun bangunan maupun tanah di lokasi tersebut.

 

(syn/ttg)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *