Bersedekah dengan Sampah di Kampung Brajan

Pernah pula ada yang bersedekah kulkas dua pintu. Katanya rusak. Setelah diutak-atik ternyata berfungsi. Akhirnya nangkring di pojok masjid. Dibuat menyimpan teh dan gula ibu-ibu yang tadarusan. Kalau Idul Adha dibuat menyimpan daging kurban.

Masjid pun akhirnya punya inventaris kipas angin, etalase, sampai jam dinding. Semuanya hasil sampah sedekah. Ada juga yang pernah menyedekahkan motor merek Kymco protolan. Kata si pemilik, sudah tidak hidup lagi. Tapi, setelah diutak-atik, ternyata hidup.

Bacaan Lainnya

Dengan memelas Eric Maulana, salah seorang pemuda Brajan, meminta motor itu untuk dia pakai ke sekolah. Para relawan menyanggupi. Eric bercerita, kedua orang tuanya tinggal di Jakarta. Di Jogjakarta dia hanya tinggal bersama nenek dan bibi. Tiap bulan orang tua hanya memberikan uang SPP. Untuk ke sekolah, Eric harus berjalan kaki atau bersepeda onthel selama 20 menit. ”Sekarang alhamdulillah, saya sudah bisa pakai motor,” katanya senang.

Muhammad Hamid, warga RT 04 Dusun Brajan, juga mengakui pengaruh positif sedekah sampah bagi warga dusun. Selain itu, ada kekuatan ekonomi baru untuk menolong kaum duafa. Setidaknya dua kali setahun, saat Idul Fitri dan hari besar keagamaan Islam lainnya, sedekah sampah bisa menyantuni sedikitnya sepuluh orang dari tiap RT di Brajan. ”Mulai lansia, janda, difabel, hingga orang-orang yang tidak produktif lagi,” ujar Hamid.

Bahkan, dana yang terkumpul dalam sedekah sampah bisa digunakan untuk membantu biaya pendidikan (beasiswa) beberapa anak dusun. Mulai siswa SD, SMP, hingga SMA. Di samping tetap bisa menyumbang hajatan bersama kampung. ”Malah tahun depan insya Allah kami sudah mampu membiayai yang kuliah,” ucap Hamid.

Yang lebih menggembirakan bagi Ananto, kesadaran bersedekah sudah menyebar secara merata. Baik di kalangan mereka yang berada maupun di antara kaum papa. Ananto bercerita, orang paling miskin di desanya pun kini tak lupa bersedekah. Paling tidak, memunguti sampah di jalanan untuk disetor. ”Dalam ajaran Islam, apa pun yang baik itu bisa jadi sedekah,” tuturnya. Sampah itu sebenarnya bernilai. ”Cuma banyak tidak diakui,” imbuhnya.

 

(*/c9/ttg)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *