Bersedekah dengan Sampah di Kampung Brajan

Di Jogjakarta, Kampung Brajan yang masuk wilayah Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, dikenal sebagai salah satu sentra industri kreatif. Markas salah satu produk clothing terkenal juga berada di situ. Ananto mulai masuk Jogjakarta saat kuliah. Dia mengambil Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Sehari-hari Ananto dikenal sebagai dai keliling. Dia juga menjadi sekretaris eksekutif Majelis Tabligh PP Muhammadiyah. Sekaligus ketua takmir Masjid Al Muharram, Brajan. Di kampung itu pula, atas tugas dari Yayasan Aisyiyah, Ananto mengelola PAUD (pendidikan anak usia dini).

Bacaan Lainnya

Sejak awal punya ide mengelola sampah, Ananto berusaha mencari pola yang berbeda dengan bank sampah pada umumnya. Menurut dia, sistem bank sampah tersebut memang punya manfaat besar berkurangnya sampah lingkungan. Tapi, di sisi lain, tidak akan banyak memberikan dampak terhadap kehidupan sosial masyarakat.

Orang-orang mampu, pemilik pertanian, ataupun industri rumahan pasti setoran sampahnya lebih banyak. Akhirnya nilai rekening mereka juga semakin tinggi. Sebaliknya, warga dengan penghasilan ekonomi rendah setorannya juga akan tetap rendah. Demikian pula nilai rekening mereka. ”Selain itu, tidak ada nilai religiusnya. Apa yang disetor balik lagi ke yang menyetor,” jelasnya.

Dengan model sedekah sampah, sampah yang disetor juga sangat variatif. Hampir semua jenis barang ada. Mulai gitar sampai WC keramik jongkok. Deras berdatangan tiap minggu. Wajar. Sebab, niatnya sedekah. Mungkin sekalian dimaksudkan sebagai kesempatan membersihkan gudang.

Diversifikasi jenis sampah itu justru membawa berkah bagi Ananto dan relawan sedekah sampah. Suatu ketika seorang tetangga bersedekah menyetorkan dua buah proyektor LCD yang sudah rusak. Satunya kena bintik-bintik, satunya kena garis-garis. Ananto membawa keduanya ke tukang servis. Yang garis-garis bisa diselamatkan. Yang bintik-bintik tidak. Yang bintik-bintik lantas masuk rombeng, yang garis-garis jadi inventaris kegiatan masjid.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *