Bersedekah dengan Sampah di Kampung Brajan

Itu yang mungkin membedakan sedekah sampah dengan bank sampah di banyak tempat lain. Di bank sampah, seseorang menyetor sampah seperti menyetor uang ke bank. Bank kemudian mengidentifikasi nilai sampah yang disetor dan menggantikannya dengan uang bagi nasabah alias penyetor. Sedangkan sedekah sampah menganut prinsip setor dan lupakan. Seperti hakikat ajaran sedekah itu sendiri. Barang apa pun yang disetorkan ke masjid ya jadi milik umat. ”Balasannya cuma pahala,” tutur Ananto.

Tapi, tanpa terduga prinsip itu malah membuat orang-orang sekitar, dari yang paling kaya sampai yang paling miskin, semakin enteng berpartisipasi. Sampah yang disedekahkan pun kian unik dan beragam. Di sedekah sampah, semua sampah bernilai. Tinggal masalah memilih dan memilah. Dan itu ada tekniknya. Ananto mengajarkan kepada para relawannya untuk teliti terhadap material dasar sampah. Itu bertujuan agar nilai ekonomisnya tidak menurun.

Bacaan Lainnya

Botol plastik bekas minuman, misalnya, harus dilepaskan dulu dari plastik labelnya. Lalu dikumpulkan dengan sesama botol plastik. Tutup botolnya juga harus dipisahkan dan dikumpulkan sesama tutup botol.

Kepada para relawan, alumnus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu menerangkan, bodi botol terbuat dari plastik tipe PET atau polyethylene therephthalate alias plastik bodongan. Ringan dan mudah diremukkan. Sedangkan tutup botolnya terbuat dari bangsa plastik lain, yakni high density polyethylene alias HDPE alias plastik emberan. Harus dikumpulkan ke sesama bangsanya. Bahkan, ring perekat tutup botol pun dicabuti satu per satu dengan teliti.

Botol bekas sampo tidak boleh dilempar begitu saja ke tumpukan. Bodi botol yang berwarna putih dipisahkan dengan tutupnya yang berwarna merah atau biru. ”Kalau botol plastik yang warna putih lebih mahal, bisa Rp 3.500. Kalau yang berwarna biasanya cuma Rp 2.000,” jelasnya.

Sebuah magic jar bekas juga diremukkan dan dipereteli. Kalau dijual begitu saja ke tukang loak, hanya akan dihitung kiloannya. Padahal, magic jar bisa dipilah menjadi lima material berbeda: kaleng, besi, aluminium, plastik, dan kabel. Selama ini keuntungan ekonomis didapatkan para rombeng dan pengepul karena pabrik mau membayar mahal untuk sampah yang sudah disortir berdasar materialnya. ”Berarti selama ini kita dibohongi tukang rombeng?” tanya salah seorang relawan. ”Ya ndak juga. Mereka kan ya butuh untung dagang,” jawab Ananto.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *