Mistis, Tengah Malam di Palu, Warga Kerap Dengar Teriakan Minta Tolong

Hal itu berdasarkan hasil rapat koordinasi yang dipimpin Gubernur Sulteng Longki Djanggola dan dihadiri Komando Tugas Gabungan Terpadu, Kapolda Sulteng, BNPB, Basarnas, Bupati Sigi, Walikota Palu, OPD, Camat, Lurah, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.

“Mulai 11 oktober 2018 secara resmi proses evakuasi disetop,” katanya.

Bacaan Lainnya

Penghentian pencarian korban itu, kata dia, dilakukan di tiga daerah yang dianggap paling parah kerusakannya dan paling banyak korban jiwa.

Yakni benerapa daerah di Kota Palu seperti Kelurahan Petobo, Balaroa, dan Jono Oge.

Penghentian dilakukan karena kondisi medan yang sulit. Selain itu, jenazah juga akan menimbulkan wabah penyakit saat ditemukan.

“Karena kondisinya jenazah sudah dalam kondisi melepuh, tidak dikenali, kalau ditemukan dapat menimbulkan penyakit dan sebagainya,” jelasnya.

Proses pencarian jenazah dihentikan di tengah dugaan masih ada ribuan warga yang masih hilang.

Berdasarkan laporan lisan dari Kepala Desa Balaroa maupun Petobo, setidaknya masih ada 5.000 warga yang dinyatakan hilang.

“Itu berdasarkan dugaan. Berapa aslinya kita belum dapat memastikan. Karena ada sebagian yang mengungsi, ada yang keluar Palu dan sebagainya,”

“Sehingga diduga di wilayah Balaroa dan Petobo ada 5 ribu jiwa masih belum ditemukan,” pungkasnya.
(fat/ruh/pojoksatu)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *