Kota Sukabumi Dilanda 122 Kali Bencana

WARUDOYONG– Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi mencatat, jumlah bencana yang terjadi periode Januari hingga September tahun ini mencapai 122 kali. Mulai dari puting beliung, longsor, banjir, kebakaran, cuaca ekstrim dan bencana sosial.

Data yang dihimpun Radar Sukabumi, periode Januari hingga September ini di Kota Sukabumi terjadi 122 bencana. Yakni, 45 bencana angin puting beliung, 21 kali kejadian tanah longsor, tujuh kali gempa bumi, empat kali banjir, 26 kejadian kebakaran, 10 kejadian cuaca ekstrim, satu kali bencana sosial, empat kejadian potensi kekeringan dan empat kejadian bencana lainnya.

Bacaan Lainnya

Kepala BPBD Kota Sukabumi, Asep Suhendrawan mengungkapkan, pada tahun ini rentetan bencana yang terjadi di Kota Sukabumi ini didominasi oleh puting beliung yang sempat meluluhlantakkan beberapa wilayah. Sedangkan dampak kekeringan hanya terjadi pada lahan pertanian.

“Beberapa bulan lau, intensitas puting beliung cukup kerap terjadi. Bahkan, hingga menumbangkan beberapa pohon di sejumlah ruas jalan. Adapun untuk dampak kekeringan dirasa tidak begitu parah jika dibandingkan wilayah lain, hanya saja memang bencana kebakaran pemukiman dan lahan terjadi,” jelasnya, kemarin (4/10).

Adapun untuk mengantisipasi bencana yang bakal datang saat musim hujan tiba, pihaknya telah mengoptimalkan program kelurahan siaga bencana. Khususnya di Kelurahan Subangjaya, Baros, Citamiang, Cikondang, Gunungpuyuh, Jayamekar, Karamat, Karang Tengah dan Limusnunggal.

“Berdasarkan prakiraan BMKG, bulan Oktober sampai Desember akan terjadi hujan di wilayah Jawa Barat umumnya, termasuk di Kota Sukabumi, wilayah yang biasanya terkena bencana yang terjadi pada musim hujan kami optimalkan penguatan program siaga bencannya,” terang Asep.

Secara geografis, sebut Asep, dari 33 kelurahan di tujuh kecamatan, potensi bencana di musim penghujan masih tetap di Keluarahan Subangjaya, Cisarua dan Karang Tengah yang berpotensi mengalami longsor.

Sementara di Lembursitu dan Baros lebih kepada bencana banjir. “Melalui kelurahan tanggap bencana itu, minimal bisa mencegah jatuhnya korban. Ada peran aktif masyarakat dalam program tersebut,” pungkasnya.

 

(upi/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *