Cerita sebelum Keberangkatan Haringga Sirila ke Stadion Gelora Bandung Lautan Api

Rivalitas antara suporter Persija Jakarta dan Persib Bandung kembali memakan korban. Kali ini Haringga Sirila, pendukung Persija, yang dikeroyok secara sadis oleh kelompok suporter yang mengenakan atribut Persib di depan Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Minggu lalu (23/9).

RIZKY AHMAD FAUZI, Jakarta

Bacaan Lainnya

DETIK-detik terakhir pada Minggu pagi lalu itu masih terbayang di benak Mira, ibunda Haringga Sirila. Ya, saat itu merupakan hari berlangsungnya laga Persib Bandung melawan Persija Jakarta. ”Dia (Haringga) dapat telepon dari temannya dan mau jalan. Saya tanya telepon dari siapa, dia hanya jawab dari temannya,” ungkap Mira membuka pembicaraan saat diwawancarai.

Ari –sapaan Haringga Sirila– saat itu sudah berpakaian rapi. Lengkap dengan sepatu yang belum lama dibelinya. ”Lalu saya tanya, ’Kamu mau ke mana, Ari?’ Dia bilang mau ke rumah teman. Katanya menginap,” ujar Mira.

Ketika itu Ari tidak sempat sarapan dan langsung berpamitan. Di situ perempuan berkerudung tersebut memberikan wejangan kepada anak bungsunya itu. ”Saya bilang hati-hati. Jangan yang nggak-nggak. Sudah, begitu saja,” ucap Mira ketika melepas anaknya.

Lalu, setelah magrib, istri ketua RT setempat dan beberapa The Jakmania (suporter Persija) datang ke rumahnya. Tujuannya ialah menanyakan nama lengkap Ari. Sebab, ketika itu ada laporan dari kepolisian terkait adanya suporter yang tewas sebelum pertandingan Persib melawan Persija. Laporan dari polisi dilengkapi alamat korban yang sama persis dengan kediamannya yang berada di RT 008 RW 003, Cengkareng Timur, Cengkareng, Jakarta Barat. Selain itu, video pengeroyokan yang dilakukan suporter pun viral di media sosial.

Kala itu Mira mulai cemas. Raut wajahnya pucat. Khawatir sesuatu yang tidak mengenakkan terjadi pada anaknya tersebut. ”Saya bilang memang ada apa nanya nama lengkap Ari,” kenang Mira. Saat itu kepada Mira ditunjukkan video pengeroyokan. ”Tuh lihat, Bu. Dia katanya nonton bola dan digebukin. Saya tidak percaya. Ah, yang benar?” ungkapnya mulai terisak.

Mira tidak tahu sama sekali anaknya itu pergi ke Bandung menonton laga Persija melawan Persib. Sebab, biasanya, jika menonton tim berjulukan Macan Kemayoran tersebut, Ari selalu memakai atribut Persija. Lengkap dengan selendang yang melingkar di lehernya. ”Bukannya anak saya nggak nonton bola? Bilangnya mau ke rumah teman. Saya kaget dan menangis. Bapaknya juga kaget dapat kabar itu,” paparnya.

Tangisnya semakin menjadi ketika melihat video pengeroyokan tersebut. Perawakan anaknya yang gempal, sepatu baru yang dikenakan, hingga foto kartu tanda penduduk (KTP) dengan nama anaknya semakin membuat tangisnya menjadi-jadi. Korban di video itu benar-benar anaknya yang sering menciumi jempolnya ketika melakukan kesalahan.

Perempuan yang kala diwawancarai memakai kerudung hitam tersebut berharap pelaku pengeroyokan diberi hukuman setimpal. ”Saya ingin dihukum yang seberat-beratnya. Saya tidak terima. Memangnya anak saya bisa hidup lagi? Ariiiiii. Kenapa lu duluan Riiiii,” ucapnya seraya menjerit memanggil anak kesayangannya itu.

Ya, sejak kakaknya menikah, Ari-lah yang menjadi harapan baginya di rumah. Mira sering diberi uang oleh Ari. Menurut Mira, anaknya tersebut pendiam. Tidak banyak omong. ”Cuma dia sama orang tua ngerti. Pernah bilang nanti kalau dapat uang dibagi mau nggak, ya mau lah kata saya. Jadi gimana nggak keingetan, ya Allah,” ucapnya sambil mengelap air mata dengan kerudung.

Mira membenarkan bahwa anaknya pencinta Persija. Beberapa kali sering menonton di stadion. Baik di Jakarta maupun daerah lain seperti Jogjakarta, Solo, dan Malang. ”Saya sudah sering larang,” ungkapnya.Selain ke Bandung, sebelumnya Ari mendukung langsung Persija kala bertanding dengan PSIS Semarang di Stadion Sultan Agung, Bantul, Selasa (18/9). Saat itu Persija sukses menaklukkan Mahesa Jenar –julukan PSIS– dengan skor 1-0.

Ari yang sehari-hari bekerja di bengkel di sekitar Samsat Daan Mogot, Jakarta Barat, juga tidak lupa membelikan bakpia, makanan oleh-oleh khas Jogjakarta. Bahkan, bakpia yang dibawa Ari itu masih tersisa saat Jawa Pos berkunjung ke rumahnya. ”Ini nih bakpianya yang Ari bawa, Mas,” ucap kerabat korban sambil menunjukkan bakpia yang tertata rapi di atas piring.

Bukan hanya Mira yang kaget dengan keberangkatan Ari ke Bandung. Rekan-rekannya dari The Jakmania Cengkareng Timur juga tidak mengetahui. Hal itu diungkapkan Muhammad Iqbal selaku ketua Jakmania Subkorwil Cengkareng Timur.

Ari berangkat seorang diri dengan naik kereta Argo Parahyangan dari Stasiun Gambir menuju Bandung. Itu diketahui lantaran Ari mem-posting tiket tersebut di Instagram. Iqbal juga tidak mengetahui apakah di sana Ari sudah mendapat tiket pertandingan atau belum. Sebab, lokasi pengeroyokan Ari adalah lahan parkir sebelum memasuki GBLA. ”Kami sudah melarang keras buat ke Bandung. Kami sudah bilang kepada anggota agar jangan memaksakan diri untuk berangkat,” ujarnya.

Menurut Iqbal, Ari memang orang yang pendiam dan tidak suka merepotkan orang lain. ”Sehari-hari memang suka sendirian. Kalau dia bisa, dilakuin sendiri,” kenangnya. Iqbal pernah away bareng Ari ketika Persija bermain di Stadion Manahan, Solo. Dia kali terakhir bertemu Ari setelah pengambilan kartu tanda anggota (KTA) The Jakmania yang dibagikan dua pekan lalu.

Sampai kemarin pihak kepolisian sudah menangkap lebih dari 15 pelaku pengeroyokan. Jumlahnya pun bisa terus bertambah. Sebab, viralnya video yang beredar serta adanya rekaman CCTV membuat pelaku pengeroyokan mudah dikenali.

Tewasnya Ari menambah panjang daftar korban rivalitas suporter Persija dan Persib. Jumlahnya kini menjadi tujuh orang. Dimulai dari tewasnya tiga bobotoh bernama Rangga Cipta Nugraha, Lazuardi, dan Dani Maulana yang dikeroyok saat away ke Jakarta pada 27 Mei 2012.

Lalu ada Gilang (The Jakmania yang terjatuh dari kendaraan); Harun Al Rasyid Lestaluhu (The Jakmania yang dikeroyok di tol Palimanan setelah mendukung Persija melawan Maung Bandung –julukan Persib– saat bermain di Solo pada 6 November 2016); dan Ricko Andrean (bobotoh yang dikeroyok sesama pendukung Persib pada 27 Juli 2017).

Kemarin jenazah Ari sudah dikebumikan di tempat pemakaman umum di Desa Kebulen, Blok Jembatan KA, Kecamatan Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat. Indramayu merupakan kota asal Mira. Taburan bunga beserta syal dan kaus yang berbau Persija menyelimuti pemakamannya. Selamat jalan, Haringga Sirila.

 

(*/c9/tom)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *