Kesepakatan Dilanggar, SBY Walk Out Deklarasi Kampanye Damai, Prabowo-Jokowi Pelukan Lagi

JAKARTA – Potensi kampanye menggunakan strategi hujatan, berita hoax, dan politisasi suku, agama, ras antar golongan (SARA) yang masih tinggi diantisipasi sejak dini. Deklarasi kampanye damai yang menghadirkan dua pasangan calon presiden-calon wakil presiden, pengurus teras partai politik, dan perwakilan calon Dewan Perwakilan Daerah menjadi upaya Komisi Pemilihan Umum (KPU), kemarin (23/9). Tapi, upaya menjaga kedamaian itu jadi kurang lengkap karena diwarnai Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono walk out.

Sejak pagi sebenarnya nuansa Bhineka Tunggal Ika begitu terlihat pada acara di lapangan barat Monumen Nasional itu. Hampir semua undangan menggunakan baju adat daerah. Apalagi pagi itu juga akan ada karnaval dari Monas menuju ke Jalan Medan Merdeka Barat.

Misalnya Capres Joko Widodo memakai adat Bali, Mar’ruf Amin menggunakan jas dan kopyah, Prabowo Subianto mengenakan adat Jawa lengkap dengan blankon hitam, serta Sandiaga Uno memakai baju adat Teluk Balangan, Riau. SBY yang jarang muncul dalam tahapan Pilpres mulai pendaftaran paslon sampai pengundian nomor urut juga datang dengan menggunakan pakaian adat Banjar, Kalimantan Selatan.

SBY pun sempat terlihat mengikuti karnaval dengan golf car bersama dua putranya dan Ketua umum PAN Zulkifli Hasan. Tapi, SBY tidak mengikuti karnaval sampai selesai. Sekitar lima menit atau saat keluar dari area Monas dia pun keluar barisan alias walk out. Padahal acara inti deklarasi baru dibuat setelah karnaval itu.

Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengungkapkan SBY protes keras terhadap KPU. Karena banyak aturan main deklarasi yang telah disepakati ternyata dilanggar. Misalnya peserta hanya menggunakan baju adat dan tidak membawa atribut partai politik selain yang disediakan KPU. ”Misalnya kita sepakat pakaian adat saja damai dan tidak membawa partai apalagi membawa atribut yang begitu banyak sehingga terkesan tidak kampanye,” ujar Hinca.

Hinca lantas ditugaskan untuk memimpin defile Partai Demokrat sampai selesai. Tapi, sebelum dia sampai lagi ke kursi undangan, ternyata deklarasi di atas panggung yang diikuti pengurus partai politik dan dua paslon capres-cawapres sudah selesai. ”Sehingga deklarasi pun kami tak bisa naik. Kami tak bisa tanda tangan, nah sehingga apa yang terjadi saya telah menulis protes keras kepada ketua KPU saudara Arief Budiman,” ujar Hinca.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *