Ajaibnya Angka Nol

oleh: Fawzy Ahmad

Nol. Angka ini sangat ajaib. Saking ajaibnya, hanya angka ini yang memiliki sebutan lain. Kadang orang menyebut nol, kadang pula membilang kosong. Terserah, apapun itu, tapi angka yang luput dari didikan orangtua kita sewaktu kecil, nol ini ada.

Jumat, tanggal 21 September 2019, terjadi persitiwa langka yang melibatkan angka nol. Di suatu tempat yang bernama Jakarta. Di suatu jalan yang bernama Jalan Imam Bonjol. Dan di suatu gedung bernama Kantor KPU. Angka nol menyusup di detik-detik akhir yang sakral.

Izinkan saya taksir waktunya. Jam 20.05 WIB. Ya, sekira jam tersebut, Joko Widodo dan Ma’ruf Amin telah sampai di gedung KPU. Sebelumnya, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno telah hadir lebih dulu. Keempat orang ini adalah orang-orang yang bakal menerima mandat luhur dari rakyat Indonesia. Mereka adalah pasangan calon presiden dan calon wakil presiden republik ini.

Angka nol menyita perhatian publik saat Ketua KPU mengumumkan bahwa akan ada penambahan angka sebelum nomor urut yang akan diundi, sebelum dipilih oleh Jokowi dan Prabowo. Angka 1 dan 2, adalah angka yang diperebutkan. Tapi, ujug-ujug, angka nol wajib hadir mendampingi kedua angka tersebut. Walhasil, angka yang diperebutkan adalah nol satu dan nol dua.

Dan, ada sebuah pendidikan politik maha beradab yang dipertontonkan hari ini. Bahwa khawatir nomor urut tersebut dikaitkan oleh nomor urut partai politik peserta pemilu 2019 sehingga mengakibatkan kampanye yang tidak sehat. Bahwa khawatir nomor tersebut menjadi tidak asyik.

Maksudnya apa? Kita tahu, pilpres 2019 ini ada dua kubu pasang calon presiden dan wakil presiden. Masing-masing kubu terdapat sejumlah partai politik pendukung. Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Gerindra adalah dua partai yang dimaksud Arief Budiman.

Kita tahu, PKB adalah partai pendukung Jokowi-Ma’ruf. Sedangkan Gerindra, mendukung Prabowo-Sandi. Di Pileg 2019, PKB bernomor 1 dan Gerindra bernomor 2. Maka silakan berimajinasi seliar-liarnya, segenit-genitnya, seekstrem-ekstremnya, jika Jokowi mendapat nomor urut 1 dan Prabowo dapat nomor urut 2? Atau sebaliknya, Jokowi nomor 2 dan Prabowo nomor 1.

Maksudnya apa sih? Ya, para netizen yang maha benar dan maha kreatif akan menggunakan ilmu cocoklogi. Tapi sebelumnya, kita semua sudah tahu, bahwa officially, Jokowi-Ma’ruf dapat nomor 1 dan Prabowo-Sandi nomor 2. Begini, jika nomor urut tersebut tidak disertakan angka nol. Maka jelas, akan sangat me-hiperbola-kan kampanye pilpres 2019 ini.

Yang diuntungkan dari nomor urut jika tanpa angka nol adalah partai PKB dan Gerindra. Sebab nomor urut kedua parpol ini sama dengan nomor urut capres. Tentu di sini, kubu PKB menginginkan Jokowi mendapatkan nomor 1. Dan sebaliknya, kubu Gerindra ingin dapat nomor 2. Walaupun di media massa, para politisi mengaku tidak menyoalkan nomor tersebut.

“Apalah arti sebuah nomor” Ya, istilah klasik yang sepertinya terdengar bull-shit. Karena sudah jelas, semua itu berarti. Apalagi ilmu cocoklogi yang hadir di era milenial kini seolah menjadi referensi ilmiah yang dapat dipegadang. Konon mengalahkan ilmu primbon dan kejawen yang juga kerap digunakan sejumlah pengamat dadakan.

Angka nol hadir demi terciptanya positif campaign. Demi tidak terjadinya politik cocoklogi yang kerap menyesatkan. Sehingga PKB dan Gerindra tidak merasa teruntungkan. Mentang-mentang jagoannya masing-masing bernomor urutkan yang sama dengan nomor partai mereka.

Satu misal lagi boleh ya. Seandainya Jokowi mendapat angka dua dan Prabowo dapat angka satu. Maka, akan jadi anti klimaks. Entah istilah ini ada atau tidak, terserah saya ya, saya mau bilang, hipno-politik. Jika demikian, berdasarkan ilmu cocoklogi, kalau diiklankan, “Coblos Nomor 2, Pilih Jokowi Ma’ruf” Sementara, di Pileg, Gerindra nomor 2. Kan gak asyik.

Terus “Dukung Prabowo Sandi, Coblos Nomor 1” Nanti orang ingatnya PKB nomor 1. Kata anak Jaksel, basically which is ini gak kece. Sehingga angka nol dihadirkan biar Pilpres 2019 berjalan dengan sangat asyik. Begitupun Pileg 2019. Karena akan dihelat serentak ya gaes.

Ada satu lagi ajaibnya angka nol. Nol, adalah angka penyempurna, angka ternilai, angka yang mahal, angka yang sarat makna. Sebagian orang menganggap spesial jam 00.00. Karena di situlah sesuatu yang baru akan bermula, akan dimulai. Di SPBU, operator selalu bilang “dimulai dari angka nol ya”. Angka nol, angka yang tak pernah disebutkan saat kita menghitung jumlah jari kita.

Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh. Sepuluh, itu adalah gabungan dari angka satu dan nol. Tapi nol tidak pernah disebut. Jari kita dianggap sempurna atau normal jika berjumlah sepuluh. Sekali lagi, sepuluh itu gabungan antara angka satu dan nol. Artinya, nol adalah angka penentu, angka pamungkas, angka kampiun, angka yang sempurna.

Maka, kalau menggunakan ilmu cocoklogi (lagi), angka nol ini merepresentasikan apa pada Pilpres 2019? Jawaban saya jutaan masyarakat Indonesia. Nol satu, artinya ada masyarakat yang mendukung Jokowi-Ma’ruf. Nol dua, ada juga masyarakat yang menginginkan Prabowo-Sandi jadi presiden. Tapi, ketahuilah, siapapun pemenangnya, nol satu atau nol dua. Ingat, angka nol tetap ada. Yang juara adalah masyarakat Indonesia.

Siapapun presidennya, rakyat adalah pemenangnya. Pesan moral dari tulisan ini, wahai kalian presiden dan wakil presiden kami yang baru, ingatlah kalian bahwa kalian bukan siapa-siapa tanpa adanya kami, ‘Kaum Angka Nol’ penentu sejati. Genggam  dan bathinkan apa arti dari angka nol. Angka yang ajaib ini.

(izo)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *