Ciptakan Santripreneur Sukses

SUKABUMI – Sejumlah santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Masthuriyah, Cibolang, Kabupaten Sukabumi mendapatkan pelatihan budidaya ikan air tawar. Mereka diajarkan budidaya ikan lele dengam sistem bioflok oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), melalui Unit Pelaksana Teknis Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)Sukabumi.

Melalui kegiatan ini, BBPBAT berkomitmen mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi semacam bioflok untuk mendukung peningkatan produksi yang ramah lingkungan di masyarakat.

Bacaan Lainnya

Kepada Radar Sukabumi, Kepala BBPBAT Sukabumi Supriyadi menjelaskan, Biofloc Technology (BFT) merupakan teknologi yang berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan floc (flok) yang berarti gumpalan.

“Bioflok tersusun atas berbagai mikro organisme, yaitu bakteri, algae, zooplankton, fitoplankton dan bahan organik,”ujar Supriyadi, Rabu (19/9).

Teknologi bioflok pada ikan lele dilakukan secara intensif, dalam wadah terkontrol. Kelangsungn hidup lele selama pemeliharaan sekitar 90 persen, sedangkan konversi pakan dapat mencapai 0,9–1,1.

Di beberapa daerah, teknologi bioflok pada ikan lele sudah diterapkan untuk peningkatan produksi. Air hasil budidaya ikan lele dengan sistem bioflok tidak berbau, sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar.

“Itu karena adanya mikroorganisme yang mampu mengurai limbah budidaya itu sendiri,”paparnya.

Bantuan pemerintah percontohan budidaya ikan lele sistem bioflok telah dilakukan sejak 2015, oleh Direktorat jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Salah satunya adalah bantuan pada 2018 kepada Ponpes Al-Masthuriyah di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan jumlah dua paket (wadah 24 bak bulat, berdiameter 3 meter).

“Komitmen pihak pesantren yang menerima dan mengelola bantuan ini dengan baik, semoga memberi manfaat bagi pesantren serta pihak terkait dan tentunya menjadi model agar dapat dicontoh oleh masyarakat Jawa Barat khususnya pondok pesantren,”terangnya.

Supriyadi menjelaskan, manfaat nyata bagi santri adalah meningkatkan konsumsi makan ikan yang diharapkan dapat meningkatkan gizi santri. Selain itu, budidaya ikan lele dengan sistem bioflok dapat meningkatkan pendapatan dari nilai usaha budidaya. Ia menyebutkan pada kegiatan bantuan 2018, telah dipanen sebanyak 4,210 kg dari 14 bak yang telah dipanen atau sebesar lebih kurang 300 kg/bak.

“Kebetulan, di Rabu (19/9) adalah panen ketujuh di Ponpes Al-Masthuriyah,”tuturnya.

Adapun pelatihan pada para santri, dilakukan untuk membangun jiwa usaha santri. Sambil belajar di pondok, mereka juga produktif berpenghasilan.

Maka dari itu, sebagian dari hasil juga dimanfaatkan untuk biaya operasional siklus selanjutnya sehingga usaha budidaya sistem bioflo kini bisa berkelanjutan.

“Ponpes sebagai ‘Center of Excellent’ dapat menjadi tempat belajar bagi mahasiswa dari perguruan tinggi, melalui kegiatan praktik sinergi dan studi banding,”ujarnya.

Juga menjadi tempat pelatihan bagi santri atau siswa dari sekolah lain, maupun sebagai tempat kunjungan dengan tema perikanan.

Jika usaha ini dikelola dengan sistem pengelolaan yang baik, maka akan menambah hasil secara berkelanjutan. Dari 24 bak tersebut, berdasarkan data kelangsungan hidup dan konversi pakan selama ini, maka keuntungan bersih yang akan diperoleh sekitar Rp 12.800.000 per bulan. Kegiatan budidaya ikan lele sistem bioflok kini tentu harus dilanjutkan di pesantren. Benih, pakan dan kebutuhan lainnya diadakan secara berkesinambungan dan sesuai kebutuhan, agar keuntungan usaha ini terus dapat dinikmati dan bermanfaat bagi kemaslahatan pesantren.

“Dukungan stakeholder, khususnya lembaga pendidikan seperti pesantren Al Masthuriyah sangat diperlukan bagi kemajuan budidaya ikan,” imbuhnya.

Sementara itu, Pimpinan Ponpes Al-Masthuriyah KH A. Aziz Masthuro menyambut baik adanya bantuan pelatihan budidaya ikan lele menggunakan sistem bioflok tersebut.

Menurutnya hasil dari panen lele, sebagian dijual dan sebagian lagi dimanfaatkan sebagai lauk pauk.
“Sangat membantu sekali dengan adanya bantuan ini, para santri selain bisa mendapatkan ilmunya, hasil panen ini berpotensi yang dapat dikembangkan semisal pembibitan, pakan, penjualan dan pengolahan,”pungkasnya.

 

(wdy)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *