Dedi Ingatkan Farhat Tidak Mengeluarkan Propaganda

BANDUNG– Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Farhat Abbas kembali melontarkan pernyataan kontroversial. Pengacara kondang itu menyebut pemilih Jokowi akan masuk surga. Sebaliknya, mereka yang tidak memilih presiden pejawat itu akan masuk neraka. Pernyataan yang dikeluarkan melalui akun instagram resminya itu sontak mengundang komentar berbagai pihak. Di antaranya, Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Menurut Dedi, kalimat yang dilontarkan mantan suami Regina itu sangat ringan di mulut. Akan tetapi, implikasi negatif terhadap nilai moral politik sangat kuat. Selain itu, dia memandang pernyataan Farhat Abbas sangat tidak strategis keluar dari mulut seorang juru bicara. “Kalimatnya cukup ringan, tetapi menyeret Agama yang suci ke dalam politik pragmatis. Saya kira itu sangat tidak strategis,” kata Dedi di Hotel Harper Purwakarta, Jalan Raya Bungursari, Rabu (12/9) malam.

Sebagai budayawan, dirinya mengaku tidak sepakat dengan pandangan yang mengatasnamakan Kuasa Allah dalam politik. Apalagi, dengan membawa dua instumen pembalasan amal ibadah manusia yakni Surga dan Neraka. Menurut Dedi, pandangan tersebut sangat kontraproduktif. “Baiknya sih melakukan pendidikan politik melalui pernyataan-pernyataan yang kita lontarkan. Sebenarnya konten Pak Jokowi ini sangat banyak karena hasil kerja beliau sudah terasa. Karena itu, nalarnya harus diarahkan menuju pemahaman kualitas program,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Selain itu, kokohnya suprastruktur dan infastruktur ekonomi Indonesia menurut Dedi sangat perlu disiarkan. Kondisi ekonomi Indonesia yang prudent menurut dia justru terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global. “Silakan cek saja, masyarakat Indonesia masih bisa tuh belanja di pasar. Para petani masih bisa tenang mengolah sawah dan ladang. Sektor industri kita bertahan dan berproduksi maksimal. Kenapa tidak ini saja yang disampaikan ke publik?,” katanya heran.

Melalui situation room yang dia miliki, Dedi selalu memantau pembicaraan netizen. Menurut dia, terjadi paradoks luar biasa dalam konten pembicaraan yang berkembang di kalangan pengguna media sosial. Mantan Bupati Purwakarta dua periode tersebut mencontohkan banyak netizen dengan profiling kaya raya malah mengeluhkan ukuran tempe. Faktanya, ukuran tempe tersebut berikut harganya sama sekali tidak berpengaruh terhadap kondisi ekonomi mereka secara keseluruhan.

Sementara, sentimen berbeda dia temukan di kalangan netizen dengan tingkat kesibukan tinggi. Dedi mengatakan netizen dalam ceruk tersebut cenderung netral menghadapi isu politik. Bahkan isu lain yang dikemas untuk tujuan politik. “Masyarakat pekerja itulah seharusnya mendapatkan perlindungan negara, mulai dari asuransi kesehatan sampai jaminan hari tua. Jadi semua mainannya program, gimmick gak usah ada. Gimmick itu membawa kebodohan kok bukan kecerdasan,” tuturnya.

 

(aga)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *