Shinta Amalina Hazrati Havidz, Peraih Penghargaan Doktor Termuda di Tiongkok dari Muri

Seolah tidak terima dengan kenyataan pahit ketika itu, dia pun mencoba untuk menemui seorang pejabat kampus bergelar profesor. Hasil klarifikasi itu sebenarnya sudah dia prediksi sejak awal. Gagal. ”Tiongkok itu taat sekali dengan peraturan. Kalau A ya A,” ujarnya.

Sepanjang Selasa malam itu dia betul-betul terpukul. Wisuda adalah momen pemungkas akhir studi. Kesakralannya, bagi Shinta, ibarat upacara penyerahan medali bagi atlet. Jerih payah melewati studi yang sulit karena jauh dari orang tua, mengalami culture shock di negeri orang, hingga penyelesaian tesis yang berat. Perjuangan semacam itu sungguh lengkap nan manis bila diakhiri dengan wisuda. Yah, meski itu hanya sekadar seremoni memindahkan tali topi toga.

Apalagi, saat lulus sarjana dari President University, dia juga tidak ikut wisuda. Dia menyelesaikan sidang skripsi pada 6 Februari 2013. Kuliah di jurusan banking and finance di President University diselesaikan dara kelahiran Jambi, 4 Juni 1992, tersebut 3,5 tahun.

Pada 23 Februari dia pergi ke Tiongkok untuk kuliah di WUT. Sedangkan wisuda di President University pada Juli tahun yang sama. Padahal, namanya ketika itu dipanggil untuk menerima penghargaan nonakademik saat wisuda.

Prestasinya di bidang kempo dianggap mengharumkan nama kampus. Saat tinggal di Kota Jambi dari SD hingga SMA, dia memang menekuni bela diri dari Jepang itu. Hingga akhirnya ponselnya berdering. Ibunya menelepon. Dia diperbolehkan ikut wisuda. Shinta pun bingung.

Ternyata ada mahasiswa magister yang tidak datang saat wisuda. Shinta bisa ikut wisuda dengan menggunakan jatah mahasiswa tersebut. Istilahnya, dia menjadi pemeran pengganti, stuntwoman. Namanya tetap tidak tercantum dalam list. ”Mungkin, menurut mereka ini anak pengin wisuda doang, ya udah masukin aja. Saya pakai kursi orang, nama orang, toga orang,” ujar dia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *