RADARSUKABUMI.com – Industri properti bahagia lantaran mengetahui rencana Bank Indonesia (BI) merelaksasi loan to value (LTV) atau uang muka kepemilikan rumah. Selain mengerek penjualan properti, kebijakan ini juga diklaim bisa mengakselerasi perekonomian bangsa.
Ketua Dewan Pembina DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Eddy Ganefo mengatakan, rencana relaksasi tersebut merupakan kabar baik untuk industri properti. Menurutnya, kebijakan tersebut bisa menggairahkan sektor properti.
“Kalau diberi kemudahan, meski hanya sesaat, kebijakan itu bisa membantu atau mengakselerasi pembangunan (sektor properti, red). Atau bahkan meningkatkan perekonomian bangsa,” ujarnya, kepada Rakyat Merdeka, Minggu (9/9/2018).
Eddy mengaku, pernah mengusulkan LTV 100 persen ke BI pada dua tahun silam. Unek-unek itu dia ungkapkan lantaran penjualan di sektor properti lesu. Sayangnya, bank sentral justru bergeming karena khawatir meningkatkan risiko perbankan.
Eddy menilai, BI tidak ingin mengulang kesalahannya. Menurutnya, rencana ini muncul ke permukaan karena Gubernur BI yang baru, Perry Warjiyo melihat ada potensi besar jika masyarakat diberi kemudahan memiliki rumah pertama.
Dia mengatakan, saat ini industri properti belum menunjukkan tren positif. Sebab itu rencana relaksasi LTV bisa menjadi suplemen untuk mendongrak kinerja. “Tapi memang tingkat kehati-hatian perbankan untuk menyetujui harus lebih cermat. Karena memang risikonya lebih besar,” cetusnya.
Selain risiko lebih besar, Eddy menyebut paragidma masyarakat untuk punya rumah bisa berubah. Jika cicilannya lebih murah dari harga sewa, masyarakat berpikir lebih baik ngambil rumah ketimbang ngontrak. Namun ketika tidak kuat mengansur, mereka pasrah rumahnya disita perbankan.
“Tapi dengan tingkat kehati-hatian perbankan, yakin dia punya pendapatan cukup untuk memenuhi cicilan, saya rasa nggak ada masalah. Supaya properti baik lagi. Kalau nggak ada sesuatu yang memudahkan, ya kondisinya seperti ini terus, mandek,” tuturnya.
Eddy optimis dengan LTV 100 persen, penjualan sektor properti meningkat signifikan. Multiplier effect yang terjadi adalah peningkatan lapangan pekerjaan, dan menggerakkan sektor yang berkaitan dengan properti.
“Artinya jangan hanya melihat ini berbahaya untuk perbankan. Tapi ada dampak psikologis, sepert penjualan semen meningkat. Mereka yang biasa buat batako, kusen, bisa merasakan peningkatan penjualan. Ini bisa menggerakkan ekonomi,” katanya.
Dia mengilustrasikan kredit perumahaan rakyat (KPR) dengan bunga 10-20 persen. Jika harga rumah Rp 500 juta, masyarakat harus mengeluarkan Rp 100 juta hanya untuk uang muka. Belum lagi tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) maupun biaya lainnya yang masih harus dikeluarkan.
Menurut Eddy, perbankan bisa memberikan skema menarik. Misalnya, cicilan 2-3 tahun pertama diganjar bunga 1 digit. Sehingga masyarakat akan merasakan cicilan yang ringan di awal, namun besar di akhir. “Nggak apa-apa itu untuk memudahkan, karena setelah 3 tahun pendapatan mereka meningkat,” imbuhnya.
Lantaran dinilai lebih banyak manfaatnya, Eddy meminta BI harus segera merealisasikan rencana tersebut. “Kalau properti tidak bergerak, perekonomian berjalan lambat atau bahkan mandek. Karena dimana-mana, properti itu penggerak pembangunan, karena membidangi banyak sekali industri, termasuk tenaga kerja,” tukasnya.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, sektor perumahan akan meningkat dari dua hal dengan relaksasi kebijakan ini. Pertama, pembeli pertama. “Data menunjukkan, untuk apartemen dan rumah tapak, kalangan muda 36-45 tahun itu demand-nya cukup tinggi. Jadi, relaksasi ini akan bisa mendorong sektor perumahan untuk first time buyer,” ujarnya.
Kedua, kebijakan ini juga akan mendorong sektor properti dari sisi investment buyer. “Yang punya tabungan yang selama ini disimpan di bank atau yang lain, dengan relaksasi ini memungkinkan mereka investasi di sektor perumahan,” sebut Perry.
Perry mengungkapkan, regulator tengah menggodok penurunan uang muka dari saat ini. “Apakah memang uang muka perlu diturunkan lagi,” katanya.
(RMOL/izo)