Tersiksa Glossopharyngeal Neuralgia sampai Sulit Menelan

Tan pindah ke jalur terapi akupunktur. Ada perubahan. Rasa sakit itu hilang. Tapi hanya sesaat seusai menjalani terapi. Setelah itu, nyeri hebat tersebut kembali menyerang. ’’Dua kali rawat inap. Yang terakhir hasilnya ya dipasang sonde itu. Katanya, katup pencernaannya nggak berfungsi,’’ lanjut Fanny.

Berat badan sang ibu sempat turun dan lemas. Fanny dan keluarga terus mencari informasi upaya menyembuhkan sang ibu. Ada rekan kerja Fanny yang menyarankan untuk berkonsultasi kepada dokter spesialis bedah saraf.

Dokter M. Sofyanto SpBS memberi tahu bahwa ada saraf IX yang ’’selingkuh’’ dengan pembuluh darah. Namanya selingkuh, ya nempel terus. Istilah medisnya, glossopharyngeal neuralgia. Nyeri di area tenggorok akibat gangguan saraf.

Jalan satu-satunya, saraf dan pembuluh darah itu dijauhkan atau disekat. Tentu, melalui operasi. Tan sejak muda selalu ogah operasi. Apa pun sakitnya. Ditambah ada riwayat darah tinggi. ’’Kali ini saya lebih milih operasi daripada harus menahan sakit lebih lama lagi,’’ ungkap perempuan yang tinggal di Surabaya tersebut.

Tan menjalani operasi selama sekitar empat jam. Beberapa jam pascabedah di ICU, dia sudah boleh minum. Tan trauma. Kala itu, dia hanya berani minum seteguk. Barulah pada hari berikutnya, dia bisa menghabiskan sebotol air hingga tengah hari.

Dewi Pratiwi mengalami kondisi serupa. Perempuan yang tinggal di daerah Depok itu kesakitan luar biasa saat menelan. ’’Pertama muncul saat saya baru tiba di Jeddah untuk melaksanakan haji pada akhir 2006,’’ tutur Dewi saat dihubungi Jawa Pos, Selasa (7/8).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *