Anak Korban Gempa Harus Tetap Terpenuhi Pendidikannya

JAKARTA – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima sejumlah laporan berupa deskripsi singkat sekolah yang kondisi bangunannya terdampak gempa Lombok. Di mana ruang-ruang kelas mengalami keretakan sehingga berpotensi runtuh dan membahayakan anak-anak jika kelas-kelas tersebut dipergunakan untuk proses pembelajaran.

“Anak-anak korban gempa harus terpenuhi haknya atas pendidikan dengan tidak mengacu pada batas penetapan situasi darurat yang akan berakhir pada 11 Agustus 2018,” ujar Komisioner KPAI bidang Pendidikan Retno Listyarti.

Bacaan Lainnya

Dia menyebutkan, kebutuhan dasar anak seperti sandang-pangan-papan, kesehatan dan pendidikan harus dipenuhi pemerintah karena proses rehab dan rekonstruksi membutuhkan waktu sangat lama

KPAI menerima laporan dari SGI (Serikat Guru Indonesia) Mataram yang merupakan anggota FSGI (Federasi Serikat Guru Indonesia) terkait kondisi beberapa sekolah di Mataram yang terdampak gempa, di antaranya kondisi SMPN 12 Mataram yang mayoritas kondisi ruang kelasnya sangat tidak aman untuk kegiatan pembelajaran.

Ada sembilan ruang kelas yang temboknya pecah dan bahkan sudah bergeser dan dua ruangan kelas yang plafonnya berpotensi jebol/runtuh. Sementara di ruang kelas lainnya plafonnya sudah berjatuhan, sehingga jika diguncang gempa lagi sangat berpotensi membahayakan peserta didik, karena peserta didik yang belajar di ruangan kelas tersebut rawan tertimpa reruntuhan genteng dari atap sekolah.

Kerusakan juga terjadi di ruang guru, ruang labotarium, ruang wakasek, ruang kepsek, ruang perpustakaan dan musala.Kedua SDN 1 Obel-obel kecamatan Sambelia, Lombok Timur, kondisinya rusak berat sekitar 80% dari bangunan, di mana 10 ruang kelas retak-retak temboknya, ruang guru dan ruang kepsek dalam keadaan rusak.

Sekolah sudah diliburkan sejak 29 Juli 2018, dan sejak dilibur gempa susulan terus terjadi sehingga genteng-genteng sekolah jatuh dan menjebol plafond an enternit kelas. Seluruh pagar sekolah (sekeliling luasnya sekolah ambruk seluruhnya. Kursi meja di dalam kelas yang masih bagus kondisinya dikeluarkan untuk diletakan di posko pengungsian.

Ketiga, kondisi SMAN 1 Gunung Sari, Lombok Barat termasuk beruntung karena hanya mengalami kerusakan ringan, yaitu beberapa genteng jatuh dan menimpa plafon hingga pecah. Selain itu, hanya satu tiang teras (selasar kelas) yang miring.

Terakhir, SMPN 20 Mataram, Jl. Lalu Mesir Kec. Sandubaya, Mataram. Kondisinya 7 ruangan belajar rusak. Anak-anak terancam keselamatan maupun kenyamanan belajarnya di dalam ruangan maupun waktu istirahatnya di luar ruangan di lingkungan sekolah karena temboknya retak-retak meluas dan plafonnya berjatuhan. Selain itu, Kerusakan juga terjadi di ruang guru, ruang labotarium IPA, ruang perpustakaan, dan ruang penjaga sekolah.

“Jika di Kota Mataram saja kerusakan-kerusakan di sekolah terbilang sedang sampai berat, bagaimana kondisi gedung-gedung sekolah di Lombok Timur dan Lombok Utara yang lebih dekat dengan pusat gempa,” beber Retno.

 

(esy/jpnn)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *