Melihat Semangat Pengamen Tuna Netra di Kota Sukabumi

Disaat orang normal mengeluh dengan kehidupan yang dihadapi, ternyata masih ada orang yang tegar meski dalam kondisi keterbatasan. Ya sosok Satim Saputra (52) yang merupakan pengamen tunanetra yang berjuang ditengah keterbatasan, bagaimana kisahnya? berikut wawancara yang dilakukan oleh wartawan koran ini

Laporan: Sasqia Putri Ramadanti – Cikole

Lantunan musik dari alat tradisonal kecapi dengan nyanyian lagu keroncong yang memakai pengeras suara terdengar sangat merdu di kawasan Jalan Ahamad Yani lebih tepatnya di depan Kantor Pos Kota Sukabumi. Nyanyian lagu keroncong yang diiringi oleh alat musik kecapi itu ternyata seorang tunanetra berperawakan kecil dengan syahdu melantunkan lirik-lirik lagu keroncong tersebut.

Sosok tangguh tersebut berasal dari seorang tunanetra yang memakai baju garis-garis biru dengan duduk ditemani soundsystem mini. Diketahui, sudah hampir 33 tahun mengamen di depan Kantor Pos Kota Sukabumi yang, kotak uang dan secangkir kopi, Satim bernyanyi sambil memetik kecapi menghibur para warga sekitar dan pengendara yang lalu lalang dengan lagu-lagu keroncong.

Di bawah terik matahari ataupun diguyur hujan tidak membuatnya mengeluh Satim mengamen dari pukul 08.00 WIB hingga 16.00 wib mengatakan sangat bahagia dan besyukur hidup yang dijalankannya. “lebih baik saya ngamen dari pada minta-minta kerja halal yang sudah saya jalani sejak tahun 1985 ini membuat saya senang dan selalu bersyukur meski hasilnya tidak seberapa tetapi sangat cukup untuk membutuhi keluarga saya,” ujar seorang pengamen tunanetra kepada koran ini, kemarin (9/8).

Satim bukanlah warga asli Sukabumi Ia merantau dari Kota Cilacap, Jawa Tengah. Sehingga ia mendapatkan dambaan hatinya yang kebetulan memiliki keterbatasan sama seperti Satim. Kini mereka dikaruniai tiga orang anak yang untungnya ketiga anak tersebut tidak memiliki keterbatasan seperti Satim dan Istrinya.

“Saya merantau ke Sukabumi ini tanya-tanya ke orang soalnya saya mau mencari pelatih kecapi saya dia menyampaikan bahwa dia orang sukabumi makannya saya semangat sekali untuk ke sukabumi, lalu kebetulan sekarang saya punya istri orang Sukabumi asli dia sama seperti saya tidak bisa melihat tapi dia memiliki keterampilan yaitu membuat makanan yang enak,” katanya.

Awalnya Satim adalah manusia yang memiliki mata yang normal pada usia 3 tahun Ia terkena penyakit panas yang membuatnya di suntik dan hingga membuat Satim merasakan sakit mata yang parah dan membuatnya pusing. “Saya itu dulu gak seperti ini, bapak saya menyampaikan waktu umur 3 tahun saya itu sakit panas lalu dibawa ke dokter belum ada pemeriksaan saya tiba-tiba di suntik dan lama kelamaan mata saya sakit dan puyeng kalau melihat orang lalu saya gak ngerti kesana nya saya langsung tidak bisa melihat mbak,” terangnya.

Separuh pendapatan dari ngamen dengan membawa kecapi rata-rata RP60 ribu hingga RP80 ribu sehari. Meski Sudah 33 tahun jadi pengamen di sekitar Jalan Ahmad Yani, Satim selalu dipandang hina dan seringkali uang hasil dari jerih payah nya selalu dicuri oleh orang-orang yang memiliki tangan jail. Satim selalu sabar menghadapi kehidupan yang berat ini.

“uang saya sering sekali diambil sama orang-orang yang jalan atau sama orang gila, tukang yang di sebrang suka lapor ke saya tapi saya mau gimana lihat saja tidak bisa sekarang saya hanya bisa sabar pasti tar suka ada gantinya,” jelasnya.

Satim mengaku, dengan penuh keterbatasan Ia belajar kecapi dari umur 15 tahun, sehingga Ia mampu memainkan kecapi dengan mahir dan dapat memainkan beberapa lagu yang ia hafalkan lirik dan nadanya. “Saya dangdut juga bisa tapi saya lebih ke lagu-lagu jawa karena cocok sambil diiringi oleh kecapi, saya ngamen juga sebenrnya ada alasan saya ingin mempertahnkan budaya karena menurut saya kecapi sudah kurang yang diiringi lagu-lagu keroncong,” kata bapa asli situawi, Cisereh Kota Sukabumi.

Tidak hanya mengamen, Satim pun kerap diundang di acara-acara hajatan, sunatan bahkan ulang tahun Republik Indonesia. Satim pun berharap pemerintah dapat memperhatikan orang-orang yang memiliki bakat tetapi mempunyai keterbatasan Ia ingin sekali dibuat rekaman.

“sejauh ini saya suka dikasih sumbangan oleh warga seperti beras tetapi dari pemerintah belum ada perhatian, saya ingin sekali dibuat rekaman nyanyian saya bersama kecapi, seharusnya mereka memperhatikan orang-orang seperti ini orang- orang yang sehat aja bisa dibikin rekaman padahal lebih istimewan orang yang memiliki bakat tetapi mempunyai kekurangan,” harapnya.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *