Melihat Delman yang Semakin Terlupakan,, Penumpangnya Hanya Itungan Jari

Siapa yang tidak kenal dengan kendaraan transportasi tradisional yang beroda dua, yang tidak menggunakan mesin tetapi menggunakan kuda sebagai penggantinya. Ya Delman, meski kondisinya sudah tidak bersahabat, tapi masih bertahan ditengah ketatnya persaingan transportasi, berikut liputannya.

Saqia Putri R, PKL Radar Sukabumi

Bacaan Lainnya

Pada tahun 1980an delman menjadi salah satu transportasi andalan, khusunya di wilayah Kota sukabumi. Kini dari angka ratusan, keberdaan delman di wilayah Kota Sukabumi hanya tersisa belasan delman yang dapat ditemukan di beberapa lokasi di Kota Sukabumi, seperti di jalan RE Martadinata dan di sepanjang jalan Ciwangi.

Saat ini, sudah jarang delman sebagai salah satu transportasi, karena kalahnya bersaing dengan transportasi modern pada jaman ini seperti sepeda motor dan angkotan umum bahkan transportasi online pun sangat berpengaruh terhadap punahnya delman.

Asep Saepuloh (67) salah seorang kusir delman di jalan Ciwangi Kota Sukabumi yang masih setia menunggu penumpang di persimpangan Ciwangi menerangkan, delman tidak lagi menjadi sarana transportasi utama masyarakat. Penumpang lebih memilih naik transportasi online atau angkutan umum.

kebanyakan penumpang yang memilih delman, penumpang keluarga yang bawa anak-anak. “Awalnya di sukabumi itu delman sampai ratusan bahkan ribuan sekarang hanya belasan saja sudah jaman canggih jadi delman sudah jarang dinaiki penumpang,” Kata Asep kepada koran ini kemarin (25/7).

Pria yang menggunakan peci hitam ini pun menambahkan berkurangnya delman ini juga dipengaruhi ketidakmauan generasi melanjutkan usaha yang dirintis oleh leluhur atau bisa dibilang transportasi karuhun. “Sekarang mah lebih memilih pekerjaan menjadi buruh daripada seperti ini kurang yang ngelanjutinnya ada itu juga tapi beberapa,” terang asep yang sudah 44 tahun menggeluti profesi delman.

Untuk tarif jarak tempuh dekat sekitar Rp20 ribuan dan jika untuk jarak jauh sekitar Rp100 ribuan. Soal pendapatanya sebagai kusir Asep mendapatkan mulai dari 20 per hari hingga Rp150 ribu. Seluruh uang yang dihasilkan menarik kereta yang bertenaga kuda tersebut digunakan untuk menafkahi keluarga sehari-hari.

Ia mengaku walau tidak memiliki pendapatan pasti ia terpaksa menggeluti usaha ini karena tidak memiliki pekerjaan lain dia melakukan sebagai hobi dan masih bertahan untuk menghidupi keluarga. Asep pun berharap pemerintah dapat melestraikan kendaraan delman ini kalau bisa melestarikan kendaraan delman ini dan dijadikan ikon untuk berwisata di kota.

Sementara itu, Mila (36) salah seorang pelanggan saat ditemu koran ini pada saat akan menggunakan delman mengatakan, bahwa dirinya sudah menjadi pelanggan delman dari dulu. Alasan Mila menaiki Delman karena ingin menghibur anaknya yang sedang nangis. “Udah gak pernah naik lagi ini juga saya naik karena anak saya nangis dan memberi rezeki sama bapa ini biar laris,”katanya. (*/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *