Konflik SBY dan Mega Memanas

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Putu Supadma Rudana menilai, Sekjen PDIP Hasto Kristyanto sangat pas menyandangng julukan ‘kompor’. Karena pernytaannya dinilai ampuh memanaskan hubungan Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati.

“Pak Hasto adalah contoh terbaik kader PDIP yang selalu memanaskan hubungan Demokrat dan PDIP,” kata Putu dalam keterangan tertulisnya pada JawaPos.com, Kamis (26/7).

Bacaan Lainnya

Putu meyakini, sebetulnya saat ini banyak tokoh PDIP yang justru menginginkan kedua tokoh nasional itu kembali memiliki hubungan yang harmonis. Salah satunya adalah Almarhum Taufik Kiemas.

“Bahkan, menurut sumber yang dapat dipercaya, sebelum menghembuskan nafas terakhir, ada satu permintaan almarhum pada sahabatnya agar merekatkan hubungan Ibu Megawati dan Bapak SBY. Wasiat inilah yang seharusnya dicamkan oleh kader-kader PDIP seperti Pak Hasto,” ungkap Putu.

Menurut Putu, sudah banyak sekali inisiasi pertemuan antara Demokrat dan PDIP yang berujung penolakan. Partai berlambang Mercy itu memang kerap beberapa kali mengutus Ketua Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) terkait pertemuan politik tersebut.

“Ketika mas AHY meminta secara langsung kepada Ibu Megawati untuk bersilaturahmi, saat melakukan pengambilan nomor urut parpol di KPU pada (18/2), Ibu Megawati mendelegasikan kepada Pak Hasto untuk menemui mas AHY. Tapi Pak Hasto tidak pernah melakukannya,” ungkapnya.

“Mas AHY juga meminta waktu secara langsung kepada Ibu Puan (21/5) untuk bersilaturahmi dengan beliau dan Ibu Mega. Ibu Puan berjanji akan mencari waktu yang tepat. Namun, hingga hari ini, pertemuan itu belum dilaksanakan,” sambungnya.

Putu menambahkan, upaya untuk memperbaiki hubungan Megawati-SBY sudah dilakukannya sejak lama. Bahkan sejak sang suami Megawati, Taufik Kiemas masih hidup. Terbukti, SBY saat masih menjadi presiden sudah berkali-kali mengundang Megawati untuk ke Istana.

“Paling tidak, sudah lebih dari 10 kali, Pak SBY mengundang Ibu Megawati ke Istana sejak tahun 2005 selama masa kepresidenannya. Kita mudah menemukan fakta ini melalui rekam jejak digital. Bahkan, Pak SBY lah yang menjadi inspektur upacara saat pemakaman suami Ibu Megawati itu, sebagai penghormatan beliau kepada almarhum,” tuturnya.

Putu juga menambahkan, usai masa jabatan kepresidenannya usai, SBY pun selalu melakukan upaya memperbaiki hubungan dengan Megawati. Namun, lagi-lagi upaya itu masih belum menemukan hasil yang diharapkan.

“Salah satu contoh adalah kehadiran Pak SBY di Istana 17 Agustus 2017 memenuhi undangan Presiden Jokowi. Pada saat itu, Pak SBY juga bertemu dengan Ibu Megawati. Namun kita semua bisa melihat apa yang terjadi saat itu,” ucapnya.

Putu pun juga membantah tudingan mengenai nama AHY sebagai cawapres. Dia menjamin bahwa pihaknya tak pernah menyodorkan nama AHY sebagai cawapres kepada siapapun. Apalagi tudingan mengenai paksaan mengundurkan diri dari karir militernya. (aim/JPC)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *