Industri Mulai Kerek Harga

JAKARTA – Para pengusaha sudah tidak kuat lagi menanggung rugi, akibat terus melemahnya nilai tukar rupiah. Mereka pun mulai menaikkan harga jual produknya, supaya tidak gulung tikar. Salah satu industri yang sudah mulai menaikkan harga adalah tekstil. Langkah ini agar industri tekstil tetap bisa beroperasi.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan, pelemahan rupiah sangat menguntungkan bagi perusahaan tekstil yang berorientasi ekspor. Namun, bagi mereka yang pasar utamanya domestik tentu menjadi beban.

“Karena itu mereka memilih untuk menaikkan harga 10 persen supaya tetap bisa hidup dan bertahan,” ujarnya di Jakarta. Kenaikan sudah dilakukan pengusaha sejak seminggu lalu. Sampai saat ini belum diketahui bagaimana dampaknya pada penjualan.

Menurut dia, selain tingginya biaya impor akibat melorotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kenaikan harga minyak dun­ia dan batu bara juga menambah beban operasi perusahaan. Karena itu, salah satu solusinya ada dengan menaikkan harga jual. “Efisiensi segala macam kan sudah dilakukan. Biaya transportasi juga ikut naik. Semua komponen ikut naik,” katanya.

Menurutnya, pengusaha tekstil membutuhkan kepastian dari nilai tukar rupiah sehingga bisa menyusun rancangan bisnis dengan pasti. “Kalau sekarang susah menyusunnya,” kata Ade. Pengusaha makanan dan minuman (mamin) mulai ancang-ancang menaikkan harga. Sebab, nilai tukar rupiah terus anjlok.

Ketua Umum Gabungan Pen­gusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi Lukman mengatakan, nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar tidak bisa dibiarkan. Apalagi, saat ini sudah mencapai Rp14.500 an per dolar AS.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *