Yusril Ihza Mahendra Dihadang Massa ?

JAKARTA – Pengacara kondang yang juga Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Prof Yusril Ihza Mahendra sempat dihadang massa di Kota Baru, Kalimantan Selatan. Yusril dihadang massa di bandara karena dianggap sebagai pembela proyek tambang, Jumat (6/7) sore.

Yusril sempat tertahan hampir setengah jam di pintu gerbang Bandara Gusti Sjamsir Alam Kotabaru, Kalsel. Ulama kondang Ustaz Arifin Ilham yang juga sedang berkunjung ke Kota Baru sampai turun tangan untuk menenangkan massa.

Bacaan Lainnya

Setelah mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian dan TNI, Yusril akhirnya lolos dari kepungan massa. Rombongan Yusril dievakuasi menggunakan bis polisi. Mereka kemudian bergerak ke arah kota.

Kemana Yusril? Dia menuju lapangan basket indoor di depan Makodim 1004 Kotabaru sekitar dua kilometer dari pusat kota. Lapangan basket dipenuhi kursi, di sana sudah banyak warga. Tampak beberapa orang berbaju panitia dengan lambang Sebuku Group, perusahaan tambang batubara di Pulau Laut.

Di salah satu sudut tampak panggung panjang. Di tengahnya ada mimbar. Di depan mimbar ditempel lambang dan nama Sebuku Group. Di belakangnya ada spanduk bertulisan: Halalbihalal Sebuku Group dan masyarakat Pulau Laut. Tampak hadir Dirut Sebuku Group, Mayjen TNI Purnawirawan Soenarko.

Apa yang disampaikan Yusril dalam sambutan atau ceramahnya? Beragam, mulai dari hukum sampai kondisi negara dan soal tambang Pulau Laut. Negara Indonesia katanya akan maju jika hukum ditegakkan dengan maksimal.

Untuk tambang Pulau Laut, katan Yusril, kerusakan lingkungan besar-besaran tidak akan terjadi jika tambang dikelola dengan baik.

Dia memberikan contoh tambang timah di kampung halamannya di Belitung. Katanya Belitung sudah ditambang ratusan tahun tapi sekarang tetap jadi destinasi wisata andalan.

Dia juga mengatakan, tidak ada demo terus menerus di Belitung terkait kegiatan tambang timah. Kenapa? Yusril mengatakan, buruh diberi jaminan oleh perusahaan. Juga perusahaan di sana memberikan listrik dan air gratis kepada warga.

Air di Belitung harus diolah sedemikian rupa. Karena kalau langsung dikonsumsi akan merusak gigi. Dia kemudian memberikan bukti, giginya di bagian depan palsu semua.

Yusril juga menyampaikan bahwa Indonesia harus lebih baik ke depan. Dulu katanya Malaysia mendatangkan orang pintar dari Indonesia. Sekarang sudah berubah. Untuk itu tegas dia, Indonesia harus berubah.

“Jokowi bilang kerja kerja kerja. Tapi mana lapangan pekerjaannya,” kata Yusril disambut tepuk tangan.

Usai sambutan, Sebuku Group kemudian memberikan bantuan kepada warga di atas panggung.

Usai acara, Radar Banjarmasin berkesempatan mewawancarai Yusril. Pengadangan di bandara dia anggap biasa saja. Katanya, dia sudah meminta massa dialog tapi massa tidak berani.

“Menghadapi demo seperti itu saya biasa. Dulu kalau saya didemo gitu saya bukan mundur, malah saya datangi. Dan saya ajak berdialog dan saya ajak ngomong. Tadi pun saya sudah mulai ngomong pakai mik itu. Saya bilang sama yang orasi itu, ayo dong saya juga berdiri di situ, biar saya ngomong juga, tapi mereka gak berani,” ucapnya.

Disampaikan bahwa tiga periode bupati di Kotabaru yang menang semuanya membawa jargon tolak tambang, yang artinya bahwa memang masyarakat Kotabaru ada yang menolak tambang. Yusril mengatakan pro dan kontra biasa dalam demokrasi. Meski kata dia yang pro tambang biasanya pasif. Tidak seperti yang kontra.

“Biasanya yang pro itu silent, dia pasif. Yang kontra biasanya sangat proaktif. Apalagi ada yang mendorong mereka begitu,” jelasnya.

Lanjut Yusril, tidak ada keputusan yang bisa menyenangkan semua orang. “Tidak bisa dikatakan ketika ada sebuah keputusan diambil yaitu harus digugurkan karena permintaan-permintaan atau demo-demo dari sekelompok orang, gak bisa.”

Terkait ancaman kerusakan lingkungan yang disuarakan masyarakat kontra tambang, kata dia, sudah semua dibantah di pengadilan. “Diberi kesempatan kepada gubernur menghadirkan ahli-ahli lingkungan di pengadilan, dia hadirkan, kita bantah semua di situ,” ujarnya.

Sementara itu, Dirut Politeknik Kotabaru Ibnu Faozi yang ikut menghadang Yusril di bandara mengatakan, mereka turun ke lapangan dadakan. Ide itu sebutnya muncul spontan saat Yusril dikabarkan akan ke Pulau Laut.

Dia mengaku, aksi itu murni aspirasi warga. Kenapa tidak mau dialog dengan Yusril? Kata dia posisinya sudah jelas, Yusril pro tambang, mereka menolak tambang. Sehingga tidak akan ada titik temu meski dialog diadakan.

Namun Ibnu menjamin warga tidak akan anarkis meski Yusril memaksa masuk Pulau Laut. “Dorong-dorongan itu bentuk kekecewaan saja. Dari dulu, sejak tahun 2000 kami sudah menolak tambang di Pulau Laut. Yang terjadi di bandara hanya bentuk kecewa,” tandasnya.
(zal/by/bin/pojoksatu)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *