Beribadah Puasa Dengan Aman Untuk Penderita Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah penyakit dimana tubuh penderita tidak dapat mempertahankan kadar gula darah dalam kondisi normal. Hal tersebut dapat diakibatkan gangguan pada organ yang bertugas memproduksi hormon insulin yang dapat mengatur kadar gula darah, yaitu pada diabetes tipe I dan bisa juga karena resistensi insulin pada diabetes tipe 2. Penyandang diabetes melitus memerlukan penatalaksanaan dan pengaturan pola hidup serta pola makan yang terukur baik pada saat kondisi normal sehari-hari terlebih pada saat menjalankan ibadah puasa.

Penderita diabetes melitus di Indonesia semakin lama semakin meningkat, menurut data epidemiologi, pada tahun 2030 diperkirakan jumlah penderita diabetes melitus akan mencapai 21,3 juta jiwa.

Bacaan Lainnya

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang istimewa bagi umat muslim. Selama satu bulan penuh semua umat muslim yang sudah baligh diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah umat muslim mayoritas.

Dengan kondisi masyarakat yang mayoritas muslim dan dengan terus meningkatnya populasi penyandang diabetes melitus di Indonesia, maka jumlah penyandang diabetes melitus yang melaksanakan ibadah puasa akan tinggi. Bagi penyandang diabetes melitus tentunya memerlukan penanganan dan strategi khusus agar kondisis kesehatannya dapat tetap terjaga selama menjalankan ibadah puasa.

                Bagi penyandang dibetes melitus, kegiatan berpuasa dapat meningkatkan beberapa risiko medis diantarnya dehidrasi, kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemi), kadar gula darah rendah (hipoglikemi). Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan tersebut maka perlu pemahaman dan

persiapan khusus untuk para penyandang diabetes agar dapat menjalankan ibadah puasa dengan aman dan nyaman.

Beberapa risiko yang dapat terjadi :

  • Hiperglikemi

Pada bulan ramadhan akan terjadi perubahan pola makan bagi yang melaksanakan puasa. Asupan makanan akan berkurang pada siang hari dan biasanya akan berlebih saat malam hari mulai dari saat berbuka. Selain pola asupan makanan yang berubah jenis asupan makanan pada bulan ramadhan biasanya sering mengalami perubahan, pada bulan ramadhan konsumsi lemak jenuh dan karbohidrat biasanya akan terjadi peningkatan. Kondisi-kondisi diatas dapat mengakibatkan kontrol kadar gula darah yang tidak normal dan mengakibatkan hiperglikemi.

  • Hipoglikemi

Kekurangan kadar gula darah juga dapat terjadi, ini diakibatkan karena jadwal asupan makanan yang berubah dan pola pemberian obat-obatan anti diabetes yang tidak disesuaikan. Pemberian obat anti diabetes yang tidak tepat dapat diakibatkan karena penyandang diabetes tidak melakukan persiapan sebelum menjalankan ibadah puasa (persiapan Pre Ramadhan).

  • Dehidrasi

Pada saat melakasanakan ibadah puasa asupan cairan juga mengalami penurunan, kondisi ini tentunya dapat mengakibatkan kondisi dehidrasi yang mana kondisi tersebut dapat menjadi pemberat pada penderita diabetes melitus dengan kadar gula yang tidak terkontrol.

Melihat beberapa kondisi yang dapat terjadi pada penyandang diabetes saat melaksanakan ibadah puasa, maka perlu ada persiapan-persiapan khusus agar puasa dapat dilaksanakan serara aman.

Pertama, kontrol kesehatan sebelum bulan ramadhan tiba (penilaian Pra Ramadhan). Hal ini penting karena kondisi kesehatan dan kadar gula darah sebelum masuk bulan ramadhan sangat menentukan rencana pengelolaan pengobatan dan pola makan pada penyandang diabetes saat melaksanakan ibadah puasa.

Kedua, konsultasikan penyesuaian penggunaan obat anti diabetes (OAD) pada dokter sebelum masuk bulan ramadhan. Penggunaan obat anti diabetes pada bulan ramadhan pastinya akan berubah dikarenakan jadwal asupan makan yang mengalami perubahan. Jika dosis dan jadwal pemberian obat tidak disesuaikan makan akan menimbulkan kondisi-kondisi berbahaya seperti hipoglikemi atau hiperglikemi. Obat anti diabetes yang pelu di sesuaikan dosis dan cara pemberiannya salah satunya adalah Metformin, pada saat tidak berpuasa Metformin diberikan tiga kali 500mg sehari, namun saat berpuasa Metformin diberikan 1000 mg pada saat berbuka puasa dan 500mg saat sahur. Bagi pasien yang menggunakan insulin perlu dikonsultasikan kepada dokter untuk dilakukan perhitungan dosis dan jadwal pemberian insulin saat berpuasa. Dua obat diatas hanya sebagai contoh obat anti diabetes yang harus mengalami penyesuaian pada saat berpuasa, masih banyak jenis obat lain yang harus disesuaikan baik dosis maupun jam pemberiannya.

Ketiga, persiapkan alat cek gula darah (glucose meter) sederhana di rumah. Periksalah kadar gula darah secara berkala. Periksalah segera kadar gula darah jika saat berpuasa menglami gejala lemas yang sangat, keringat dindin, mata berkunag-kunang. Dengan mengetahui tanda bahaya dan

terukurnya kadar gula darah secara berkala, maka jika terdapat tanda-tanda yang membahayakan penyandang diabetes yang sedang menjalankan ibadah puasa dapat segera dilakukan tindakan.

Keempat, kenali tanda-tanda bahaya, jika terdapat tanda bahaya di bawah ini pasien harus segera menghentikan puasa

  • Terjadi hipoglikemi (kadar gula darah <60mg/dL), karena kadar gula darah akan terus turun jika tidak dilakukan terapi
  • Kadar gula darah <70mg/dL beberapa jam setelah puasa dimulai. Terutama pada pasien-pasien yang mendapat pengobatan insulin, sulfonilurea atau glinid.
  • Kadar gula darah >300mg/dL
  • Kondisi pasien sakit

Dari paparan singkat diatas dapat ambil kesimpulan pada penyandang diabetes melitus yang menjalankan ibadah puasa akan terdapat beberapa risiko medis yang dapat terjadi namun hal tersebut dapat di antisipasi dengan persiapan yang baik bagi para penyandang diabetes melitus untuk dapat melaksanakan ibadah puasa dengan aman dan nyaman.

Semoga paparan singkat diatas dapat bermanfaat,  selamat menunaikan ibadah puasa dengan aman dan nyaman.

Salam Semakin Sehat, Dari kami Keluarga Besar RS Betha Medika.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *