Puasa Adalah Menahan Diri

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Para Pembaca yang di Rahmati Allah SWT. Inti perintah pada bulan Ramadan adalah melaksanakan ibadah puasa. Para ulama menyebutkan pengertian puasa adalah imsak artinya menahan diri. Menahan diri dari segala macam hal, yang bersifat membatalkan puasa secara lahir maupun yang bersifat bathin sehingga menghapuskan pahala puasa.

Bacaan Lainnya

Dirawayatkan, Ketika Siti Maryam menghadapi dilema, mendapatkan tuduhan keji saat melahirkan Isa AS, ia memilih untuk tidak berbicara. ‘Inni nadzartu lillrahmani shauma falan ukallimal yauma insiyya’ Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara kepada siapapun pada hari ini.(QS. Maryam:26). Berdiam diri itu dalam Al-Qur’an disebut shaum atau berpuasa.

Menahan diri dari segala bentuk kemaksiatan, kemunkaran, ketidakadilan, kerusuhan, pertikaian, kediktatoran, keserakahan dan perilaku negatif lainnya adalah inti ajaran dari berpuasa. Seorang yang sedang berpuasa (shaim) akan menjaga puasanya dari yang membatalkannya baik secara lahir maupun bathin. Itulah shaum yang benar, shaum yang diajarkan oleh baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Beliau bersabda: ‘Kam min shaimin laisa lahu min shiyamihi illal ju’a wal athosya’, berapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan nilai dari puasanya itu kecuali sekedar lapar dan dahaga (HR. Ahmad bin Hambal).

Para pembaca yang dimuliakan Allah SWT, Ketika ada orang yang mengajak bertengkar, atau memancingnya untuk melakukan maksiat maka orang yang shaum akan berkata (dalam hati) “inni shoim” aku sedang berpuasa.

Dia berkata dalam hatinya untuk menahan dorongan nafsu yang dibangkitkan oleh lawan bicaranya. Bukan aku tak mampu melawanmu atau menandingimu tapi aku menahan diri untuk tidak melakukan kemaksiatan, kekerasan dan kemunkaran karena aku sedang berpuasa untuk Tuhanku.

Puasa adalah tameng atau benteng yang kokoh dari segala bentuk kemaksiatan dan kemunkaran. Tidaklah mungkin shoim melakukan hal-hal negatif ketika sedang berpuasa. Bila dia melakukannya maka seketika batallah puasanya secara bathin.

Seluruh anggota badan orang yang berpuasa ikut melakukan imsak (menahan diri). Mulai dari kepala hingga kaki nyaris tak ada kemaksiatan dan kemunkaran yang dilakukannya, sebab bila dilakukan akan sia-sia puasanya.

Kepalanya tidak berfikir negatif, lidahnya tidak menyebar fitnah dan berita bohong (hoax), mulutnya tidak berbuat ghibah, menghardik, menghina, mencaci, dan meremehkan orang lain, tangannya tidak melakukan dosa dengan HP di tanagannya lalu meyebar berita hoax atau menyebar kebencian kepada orang lain, kedua kakinya khusyu’ dalam ibadah kepada Allah SWT. Bahkan hatinya pun dijaga dari perasaan hasud, sirik pidik, riya, sum’ah ujub dan penyakit hati lainnya.

Bila shaum sudah biasa dilatih dengan inti ajaran shaum ini yakni menahan diri dari segala bentuk kemaksiatan dan kejahatan serta perilaku negatif maka dia akan menjadi pemenang di akhir laga dan berhak untuk mengucapkan minal aidin wal faizin taqabbalallahu minna waminkum serta mendapatkan gelar kehormatan ‘Muttaqiin’ yakni orang yang bertaqwa (la’allakum tattaquun).

Sungguh indah ajaran Islam yang mengatur kehidupan manusia di dunia ini agar tetap selalu terjaga kebaikan, kerukunan, keharmonisan dan persaudaraan.

Dengan shaum yang benar dunia kita ini akan selalu damai sejahtera, negara kita akan selalu tertata kedisiplinannya, kerukunannya, saling menghargai satu sama lain, tidak lagi saling curiga dan fitnah sana sini, seakan dialah yang paling benar dihadapan Tuhan dan Manusia.

Shaum yang benar menjadikan manusia sebagai ‘insan kamil’, manusia paripurna yang selamat dzahir bathin, dicintai oleh Allah dan semua makhluk-Nya. Dialah manusia yang bertaqawa, Semoga kita termasuk dalam golongan mereka, amiiin.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *