Makam Ulama Besar Keturunan Walisongo, ‘Terselip’ Di Tengah Megahnya Kampus UI

Tak banyak yang tahu jika di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, terdapat makam seorang ulama besar. Namanya Syaikh Abdurrahman bin Abdullah Almagribi.

Menurut keterangan penjaga makam, Syaikh Abdurrahman adalah tokoh ulama keturunan salah seorang Walisongo.

Bacaan Lainnya

Rabu lalu, awak Radar Depok (Jawa Pos Grup) mengunjungi kompleks makam tersebut. Tak sulit menemukan lokasinya.

Jika berada di dalam komplek UI, tinggal menuju kearah pintu keluar. Tapi, terus menyisir jalur paling kiri, hingga menemukan pos keamanan milik Perhutani DKI Jakarta Selatan, disebelah kanan jalan.

Tepat diseberang jalan ada, pengunjung bakal melihat jalan setapak untuk masuk ke makam bersejarah di Hutan Kota UI itu.

Salah satu Petugas Perhutani DKI Jakarta, Septian menjelaskan, Syekh Abdurrahman bin Abdullah Al Maghribi terkenal dengan sebutan Mbah Takol.

Menurutnya, keberadaan Makam Mbah Takol sudah sejak lama ada di dalam Hutan UI. Dulunya, kawasan tersebut merupakan pemukiman warga Betawi.

“Makam ini memang sudah lama ada, dan merupakan makam pemuka agama pada masanya,” kata Septian.

Septian mengungkapkan bahwa semasa hidupnya, Mbah Takol dikenal sebagai sosok pendakwah.

“Mbah Takol semasa hidupnya selalu berpindah-pindah dalam melakukan dakwah,” katanya.

Selain makam Syekh Abdurrahman bin Abdullah Al Maghribi, juga terdapat makam pengikutnya.

Di samping paling kanan dari arah pintu masuk adalah Nyi Dasimah dari Cirebon, kemudian ditengahnya ada makam Kyai Mojo (bukan Kyai Mojo yang dekat dengan Pangeran Diponegoro).

Sementara di depan makam ketiganya, ada satu makam yang bernama Syekh Jalaludin Al Maghribi.

Dia bercerita keberadaan makam pernah membuat orang Jawa Timur penasaran. Beberapa orang tersebut bahkan mengatakan jika Syekh Abdurrahman masih berkaitan dengan keluarga ‘Al Maghribi’ di Jawa Timur.

“Jika menilik laqob ‘Al Maghribi’ menunjukkan jika nama tersebut identik dengan keluarga besar Walisongo. Beliau memang masih ada keturunan (Walisongo),” tambah Septian.

Gelar AL Maghribi ini juga sering disematkan kepada keluarga keturunan Sayyidina Hasan, yang berasal dari Maroko. Al Maghribi itu adalah nama lain Maroko pada masa lalu.

Seorang peziarah ketika mengunjungi kompleks makam Syaikh Abdurrahman Al Magribi di kawasan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. (Ahmad Fachry/Radar Depok/JawaPos.com)

Sosok Mbah Masri

Septian mengungapkan bahwa orang yang paling tahu sosok Mbah Takol adalah Mbah Masri. Dia lah yang selama ini menjadi juru kunci makam.

Hanya saja, Mbah Masri kini terbarin lemah alias sakit. “Sejak tiga bulan lalu. Dirawat di Garut. Sakit jantung” cetus dia.

Semenjak Mbah Masri dirawat, tak ada yang mengurus makam. Termasuk memberikan penjelasan seputar sosok Mbah Takol kepada para peziarah.

Septian sempat dititipi pesan soal wejangan almarhum Mbah Takol lewat Mbah Masri. Dia meminta agar para peziarah tak melakukan hal-hal berlebihan.

“Cukup berdoa dan juga mengenang kembali akan jasanya dalam menyebarkan agama Islam. Abah mengatakan, ajaran Syekh Abdurrahman Al Maghribi tidaklah neko-neko. Ajarannya cukup singkat, ‘jalani saja Islam secara baik dan sempurna’,” kata Septian menirukan petuah Mbah Masri.

Sampai saat ini makam tersebut tidak pernah sepi dari peziarah. Ada saja yang datang. Bahkan, lanjut Septian, pernah juga ada serombongan polisi yang datang ketempat ini untuk menyelesaikan sebuah kasus.

Ketika mereka datang ke tempat ini, justru mereka merasa nyaman karena memang suasana di tempat ini sepi dan tenang.

“Mereka kemudian memasak dan makan di tempat ini. Ada juga yang pernah beberapa hari nginap, karena merasa tempat ini menjadikan dirinya tenang,” jelas dia.

Septian mengatakan, makam Syekh Abdurahman luput dari perhatian pihak berwenang, sebagai sebuah situs sejarah.

Menurutnya makam ini harusnya diurus dan dipelihara keberadaannya oleh dinas terkait, seperti misalnya Dinas Sejarah atau UI sendiri.

“Kurang diperhatikan. Saya harap ada semacam atensi dari pemerintah atau UI, karena ini adalah makam bersejarah. Tokoh ulama penting,” pintanya menutup perbincangan.

Menimpali hal ini, Humas Universitas Indonesia, Rifley Dewi membenarkan terdapat makam bersejarah di kawasan Hutan UI, namun dia mengaku tidak mengetahui secara detail keberadaan makam tersebut.

“Saya tahu tapi tidak detail,” singkatnya.

(mam/jpg/JPC)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *