Empat Anak Pelaku Bom Bunuh Diri, Begini Kondisinya Kini

SURABAYA – Empat anak pelaku bom bunuh diri yang mendapatkan perawatan di RS Bhayangkara Surabaya sudah menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Tim medis, juga ketambahan tiga anak lainnya. Mereka merupakan anak dari Dedy Sulistianto, alias Teguh yang ditangkap polisi di Jalan Sikatan IV.

Total saat ini, RS mengasuh tujuh anak pelaku, dan terduga teroris yang ditangkap polisi. Ada pun, ketiga anak Dedy, diketahui bernama Diva Nuhaliza Sulistiani (14), Azahra Istigfarin Syafana Putri (10), dan Haikal Al Azam (7).

Bacaan Lainnya

Rabu (16/5), mereka semua kedatangan berbagai macam kunjungan. Salah satunya berasal dari Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi. Kedatangan mereka untuk melakukan pengecekan. Seberapa berat, trauma yang diderita oleh ke-tujuh anak tersebut.

Mengingat, mereka selama ini, hidup di lingkungan yang tidak sehat. Sayangnya, awak media tidak diperbolehkan masuk ke dalam. Sebab, mereka masih berada di dalam tahap pemulihan. Dari kunjungan itu, Seto menyimpulkan, anak-anak masih menderita trauma.

Namun, beberapa sudah mengalami kemajuan yang cukup pesat. “Pas ketemu, sudah ada yang mau tersenyum, ditanya ada yang jawab. Sudah tidak diam saja,” ujar Seto.

Dia juga mengapresiasi kinerja tim psikologi yang berusaha memulihkan anak-anak tersebut. Menurutnya, pendekatan yang mereka lakukan sudah tepat. Yakni, dengan menggunakan pendekatan interpersonal dari anak ke tim psikologi. “Ini memang harus ditangani dengan kekuatan cinta,” beber pria kelahiran 1951 tersebut.

Menurutnya, dari ke-tujuh anak ini, Aisyah Putri yang menderita trauma terhebat. Dia masih menutup mulut, ketika ada yang bertanya kepadanya. Terkadang, dia tidak mau menjawab pertanyaan yang diajukan tim psikolog, atau darinya. Dia hanya memandang mereka, penuh tanya. “Saya tanya, sudah makan? Dia hanya mengangguk,” imbuh Seto.

Berbeda dengan Ais, trauma paling ringan diderita oleh ke-enam anak lainnya. Ketika melakukan interaksi, beberapa bahkan sudah ada yang mengenali Seto. Sehingga, tidak sungkan untuk melakukan interaksi. Salah satunya, anak terduga teroris Teguh yang paling bungsu. Yakni, Haikal. “Dia malah sudah meminta robot kepada petugas untuk menemani dia di ruangan,” ungkap Seto.

Ke-tujuh anak itu dirawat di ruang Teratai. Mereka berada di kamar yang berbeda-beda. Kamar tersebut, dibedakan menurut keluarga mereka. Seperti, anak Anton Febrianto diletakan di satu kamar yang sama. Begitu juga denganAzahra, Diva, dan Haikal, anak Teguh. “Untuk Ais, ruangannya paling jauh sendiri, dia sendirian,” kata Seto.

Sekjen LPAI Henny Adi Hermanu, menjelaskan lebih detil tentang kondisi ketiga anak Anton. Mereka adalah Ainur Rahman, Faisa Putri, dan Garida Huda Akbar. Dari segi trauma, mereka tidak terlalu terguncang.

Kondisinya bahkan yang paling baik dari ke-tujuh anak yang dirawat. Karena salah satunya hidup dengan kakek dan neneknya. Yakni si sulung Ainur. “Dia sudah sekolah kelas 3 SMP, jadi sudah tahu mana yang benar dan salah,” jelas Henny.

Ainur kemudian menjadi contoh kedua adiknya. Untuk tidak terlalu larut ke dalam kesedihan. Ketika dilakukan interaksi, Ainur juga merupakan anak yang paling aktif. Dia selalu menjawab, seluruh pertanyaan yang ditujukan kepadanya. Seperti, mau jadi apa ketika dia besar nanti. “Katanya dia mau jadi pengusaha, tapi dia nggak tahu jadi pengusaha apa,” tutur Henny lantas tertawa mendengar jawaban polos Ainur.

Ketiga anak Anton, juga didampingi oleh keluarganya. Ada beberapa sanak saudaranya, yang sengaja berjaga di ruangan tersebut. Ini juga mempengaruhi, kondisi psikis dari sang anak. Mereka mendapat dukungan dari keluarga besarnya. “Ada kakek, neneknya, om, banyak kok tadi,” tutur Henny.

Menurut Henny, kamar yang diberikan oleh RS Bhayangkara cukup layak dan nyaman. Ruangan tersebut dilengkapi dengan televisi, dan air conditioner (AC). Dia juga sempat menanyakan, kenyamanan Ais di kamar tersebut. Dia selalu mengangguk ketika ditanya, sudah makan, atau bisa tidur. Untuk menandakan, dia tidak bermasalah dengan kamar yang diberikan.

Hanya saja, trauma yang diderita Ais, tidak hanya berasal dari kejadian Senin (14/5) kemarin. Tapi juga ada luka fisik yang dideritanya dari kejadian tersebut. “Dia tadi (kemarin, Red) tidak mengenakan jilbab, jadi kelihatan, ada luka di dada kirinya,” ucap Henny. (bin/mir)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *