Kisah Kerajaan Kuta Tanggeuhan Kemuningwangi (3)

CIANJUR – Satu tahun lalu menjadi hal tak terduga oleh tim Greencircle yaitu menemukan salah satu punden berundak yang sangat luas dengan tujuh teras undakan.

Pada tanggal 17 April 2017, tim Greencircle menemukan situs kerajaan di era Padjadjaran yang berada di Kota Bersemi, Cianjur, dengan luas undakan hingga tujuh teras undakan.

Bacaan Lainnya
Berita Terkait

Undakan pertama terdapat sumur tua yang disebut sumur kahuripan dengan batu yang berbentuk tugu kujang, di teras kedua terdapat susunan batu berbentuk benteng serta terdapat sepasang telapak kaki dan batu kursi panyandaan atau peristirahatan.

“Pada saat kami di undakan pertama menemukan sumur tua yang disebut sumur kahuripan disekitarnya terdapat batu berbentuk tugu kujang, sementara di undakan kedua kami menemukan batu bentengan dengan sepasang telapak kaki serta batu kursi seperti tempat peristirahatan,” ujar Wakil Ketua Greencircle, Ali Usman.

Keunikan berbagai bentuk batu hingga penemuan peradaban tak hanya batu berbentuk tugu kujang dan sepasang telapak kaki saja, tim juga menemukan batu yang berbentuk pari sebagai tanda pintu masuk ke teras tiga.

Saat memasuki teras tiga ditemukan pula batu karut, yaitu batu yang menjadi simbol sebuah peta lokasi.

Di teras empat tampak ada sebuah batu menhir yang berdiri dan susunan batu lainnya, serta terdapat dua buah batu yang ada di ujung teras empat terlihat jelas seperti pintu gapura menuju ke singgasana teras lima dan terlihat susunan batu segi tiga mengarah ke terbitnya matahari.

“Di teras empat ini beragam batu kita temukan, mulai dari batu menhir, batu gapura hingga susunan batu segi tiga yang mengarah ke terbitnya matahari dan disamping itu juga terdapat sebuah kursi yang berbentuk kujang dengan ukuran panjang tiga meter, lebar 90 cm serta tinggi 60 cm,” papar Ali.

Pada area singgasana terdapat tumpukan batu bata kuno, tempat tersebut adalah tempat diaman hiyang Prabu Sawartajaya bertafakur atau meditasi penenangan diri dengan posisi tepat berada di belakang telaga.

Di area yang sama terdapat pula reruntuhan yang sangat luas. Tidak jauh dari singgasana tim menemukan bentengan setinggi dua meter yang memanjang yang disekat menggunakan tanah liat, diantara jarak sekitar dua hingga tiga kilometer tim Greencircle kembali menemukan area pemakaman yang sangat luas diperkirakan sekitar lima hektar.

Tentu penemuan ini sangat berharga dan membuktikan sebuah peradaban kerajaan yang besar di tanah Pasundan ini.
Area makam tersebut, terdapat beberapa petilasan yaitu eyang Batara Sempak Waja, eyang Raga Mulya atau aki kolot dan terdapat makam seorang pu’un kepercayaan hiyang RC atau Gagak Lumayung, yang merupakan seorang putra Cipta Permanakusuma yang memiliki nama julukan Raden Wijaya Sugih, Raden Jaya Benda,

“Di komplek makam ini terdapat petilasan Raden Jaya Benda beserta para pengikutnya seperti Eyang Balung Layang, Eyang Jenggot, Aki Manarah Ratu Naga Puspa, Putri Anggraeni, Patih Ambang Waringin, Ki Buyut Rangga, Ki Lutung dan rawayan-rawayan lainnya,” ungkapnya.

Situs kerajaan Kuta Tanggeuhan Kemuningwangi tersebut telah berdiri sejak tahun 900 saka dan sempat hancur akibat bencana masa lalu pada abad 15 dan digunakan kembali sebagai tempat peristirahatan pasukan Caruban Mataram yang dipimpin oleh Sunan Mangkurat II pada masa kekuasaan Mataram, bahkan tempat ini pernah menjadi peristirahatannya Putri Purnamasari yaitu istri dari Denbagus Kumbang Setra yang ditemani oleh Rakeyan Kalang Sunda ketika tengah dikejar oleh Jaya Antea.
(radar cianjur/hakim)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *