Mahasiswi UNS Ciptakan Gel Penangkal Hama

SURAKARTA – Petani cabai kini tak perlu khawatir lagi terhadap penyakit antraknosa yang menyerang hasil panennya. Di tangan Arifa Eviyanti, mahasiswi UNiversitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, tumbuhan liar putri malu mampu dimanfaatkan sebagai fungisida nabati.

Mahasiswa ilmu agribisnis ini menciptakan produk gel fungisida nabati dengan ekstrak akar putri malu bernama Chilica. Produk ini diklaim mampu mengendalikan penyakit antraknosa pada cabai di daerah lahan pasir pantai.

?Salah satu kendala budidaya cabai adalah hama antraknosa. Penyakit ini disebabkan oleh jamur colletotrichum spesies. Membuat cabai sering kali ada bercaknya. Efeknya bisa mengganggu komoditasi dan penurunan produktivitas panen cabai,? beber Arifa.

Selama ini, petani cabai masih pakai fungisida kimia untuk menanggulangi antraknosa. Salah satunya di Kulon Progo dengan persentase 76 persen. Jika dilakukan terus-menerus, berimbas pada resisten pathogen tanaman cabai. Juga berbahaya bagi manusia.

?Akar putri malu mengandung mimosin. Sejenis golongan flavonoid yang berpotensi sebagai antijamur. Kandungan ini merusak dinding sel dari colletotrichum spesies penyebab antraknosa.

Produk chilica menggunakan konsentrasi 90 persen akar putri malu. Mampu menghambat penyakit antraknosa sebesar 28 persen, kejadian penyakit 0 persen, diameter bercak 0 milimeter, dengan masa inkubasi selama 12 hari,? jelas dara berhijab kelahiran Boyolali, 15 April 1998 ini.

Keunggulan produknya, berbentuk gel. Berdasarkan penelitian, bentuk gel memiliki daya absorbsi tinggi saat diaplikasikan di media tanaman. Sehingga saat produk disemprotkan, cepat menyerap. Selain itu juga ramah lingkungan karena terbuat dari bahan alami.

?Memilih putri malu karena tanaman ini tersedia melimpah dan banyak ditemui di manapun. Produk ini cocok digunakan di lahan pasir pantai. Potensi lahan pasir pantai sangat besar. Hampir 99 ribu kilometer luasnya. Apabila dimanfaatkan maksimal pasti konsumsi cabai dapat tercukupi,? sambung mahasiswa semester IV ini.

Atas inovasinya ini, Arifa didaulat mewakili UNS di ajang Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) Nasional yang diselenggarakan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Juli mendatang. Saat ini, Arifa sedang menjalani seleksi nasional. Tahun ini, ajang tersebut mengusung tema: Indonesia Wujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.

Produk inovasinya dibuat cukup singkat. Baru Februari lalu. Arifa mengaku belum melakukan uji coba. Rencananya, produk ini akan diimplementasikan langsung di Kulon Progo. Kawasan dengan banyak lahan pasir dan kasus hama antraknosa.
?Melalui produk ini kami ingin mencapai Indonesia pertanian berkelanjutan. Kami terus berupaya mendukung agar Indonesia berinovasi untuk produktivitas cabai. Tentunya berbasis ramah lingkungan,? tandasnya.

 

(rs/aya/fer/JPR)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *