Sementara itu, Yui Moriya, mahasiswa asal Jepang mengatakan, salah satu hal yang cukup sulit adalah bahasa Oseng. Apalagi, Yui mengaku belum mahir berbahasa Indonesia. Dia juga mengatakan, awalnya cukup sulit menyesuaikan dengan makanan Banyuwangi. Karena di negara asalnya jarang ada makanan pedas dan berminyak.
”Di Jepang, saya tidak makan makanan berminyak. Tetapi di sini, saya suka tahu walik,” ujarnya dengan bahasa Indonesia terbata-bata.
Arzu Muradova, mahasiswi dari Azerbaijan mengatakan, tiga hari pertama menurutnya menjadi masa paling sulit. Karena harus mempelajari beberapa kebudayaan yang benar-benar berbeda.
”Tapi setelah itu, semuanya mulai terbiasa. Cuma saya tidak bisa makan pedas. Jadi harus membawa kecap manis ke mana-mana,” tegasnya.
(bw/fre/als/JPR)