SUKABUMI— Jelang Pilwalkot yang akan dilaksanakan pada bulan Juni 2018 mendatang, sejumlah Kandidat pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Sukabumi terus mencari dukungan dari masyarakat. Mulai dari dukungan dari tokoh masayarakat hingga partai politik (parpol) non parlemen juga menjadi incaran paslon untuk bisa ikut mendukung.
Aturan dalam pasal 107 ayat 1 UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada yang berbuny ‘Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati serta pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan sebagai pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati terpilih serta pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota terpilih membuat paslon berlomba lomba untuk meraih dukungan sebanyak-banyaknya, karena yang suara terbanyak yang menang tanpa adanya putaran kedua sepertu pilkada tahun lalu.
Pengamat Kebijakan Publik dan Politik, Asep Deni mengatakan melihat aturan berbeda dengan tahun sebelumnya, saat ini bagi paslon sekecil apapun dukungan sangat berarti, jangankan dari partai dari tokoh masyarakat juga sangat berpengaruh besar bagi kemenangan paslon, kenapa karena Tokoh biasanya menjadi tempat bertanya sebagian masyarakat untuk menentukan suara.
“Kalau parpol non parlemen mendukung ke salah satu paslon sangat berpengaruh, hanya saja tidak melihat parpol tersebut bisa berpengaruh secara signifikan atau dalam kata lain belum nampak baru-baru ini, “jelas Asep Deni saat dihubungi koran ini, (5/3) kemarin.
Namun, meski begitu dirinya juga melihat beberapa parpol non parlemen ada sebagian pengurusnya merupakan tokoh masyarakat. Meski tidak terlalu signifikan, kalau melihat pengurus adalah tokoh bisa juga membawa suara untuk dukungan paslon.
“Yang non Parlemen ada dua versi, ada parpol lama dan ada parpol baru, nah kalau parpol lama pasti memiliki suara di masayarakat dan parpol baru juga memiliki basis suara, namun tentu ada perbedaan sedikit, “tandasnya. (hnd)
