Dedi Mulyadi Banyak Mendengar Keluhan Dari Warga

Mak Namah (73) warga Kampung Krajan RT 11/05 Desa Sawah Kulon, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta menyampaikan keluhan kepada Dedi Mulyadi.

Padahal, pria yang lekat dengan iket Sunda berwarna putih itu kini sudah tidak lagi menjabat sebagai Bupati Purwakarta.

Bacaan Lainnya

Nenek tua yang memiliki tiga anak itu datang ke kediaman Dedi pada Kamis (1/3) ditemani Ketua RT setempat. Dia mengeluhkan kondisi rumahnya yang tidak layak huni dan hampir roboh.

“Gini Pak, minta tolong tengokin rumah saya, sudah hampir roboh. Saya takut tiba-tiba roboh kalau saya lagi tidur,” keluh Mak Namah di hadapan calon Wakil Gubernur Jawa Barat tersebut.

Berdasarkan keterangan Ketua RT setempat, Udin (48), meskipun beranak tiga, sehari-hari Mak Namah tinggal sendirian. Mereka tidak pernah menengok keadaan ibunya tersebut. Kebutuhan beras harian pun diperoleh nenek tua itu dari udunan beras perelek warga.

“Seharusnya mah kan anaknya datang, bawa beras buat ibunya. Memang sih, keadaannya kurang mampu, tetapi masa ibu sendiri diterlantarkan,” kata Udin.

Mendengar paparan itu, Dedi Mulyadi yang memang dikenal responsif terhadap keluhan warga, bergegas menuju rumah Mak Namah. Ia terlihat menuntun langkah sang nenek yang sudah renta itu dan diantar oleh Ketua RT.

Sampai di lokasi, Dedi meminta agar semua anak Mak Namah dihadirkan saat itu juga. Berdasarkan keterangan Ketua RT, dua anak Mak Namah masih tinggal di daerah Pasawahan. Sementara, anak lelakinya kini tinggal di daerah Kecamatan Cibatu.

Tidak satupun anak Mak Namah berani hadir saat dipanggil oleh Dedi. Hanya Lilis (50) menantu Mak Namah dari Cibatu yang bersedia memenuhi panggilan tersebut.

Nada suara agak tinggi pun keluar dari Dedi Mulyadi saat memberikan nasehat kepada Lilis. Menurut Dedi, tidak sepantasnya anak meninggalkan ibunya tinggal sendirian.

“Ibu jangan beralasan karena jarak jauh terus tidak mau datang kesini. Ingat loh bu, kasih sayang seorang ibu itu tidak terhalang jarak,” tegasnya.

Seharusnya, lanjut Dedi, anak-anak Mak Namah rutin membersihkan dan merawat rumah kecil yang berdiri di atas tanah seluas 400 meter tersebut. Apalagi, NJOP tanah itu kini bernilai Rp250 ribu per meter.

“Ini kan nanti diwariskan ke anak-anaknya juga. Jadi, harus mau merawat dong,” katanya.

Nasehat Dedi Mulyadi hanya ditanggapi dengan anggukan oleh Lilis sebagai tanda mengerti.

Dedi kemudian memberikan bantuan untuk merenovasi rumah tersebut. Beberapa bilah kayu dan bambu juga terlihat mulai disiapkan oleh Ketua RT setempat bersama warga secara gotong-royong.
(*/ysp/pojoksatu)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *