Melihat Potret Kemiskinan di Desa Sukaresmi, Kecamatan Cisaat

Selama 17 tahun, Abah Ejen, pria berusia senja menempati tanah dan rumah milik orang lain di Kampung Cijambe Girang, RT 21/10, Desa Sukaresmi, Kecamatan Cisaat. Kondisi rumahnya itu sungguh sangat memprihatinkan. Warga sekitar yang merasa prihatin pun bergotong royong membangunkannya.

Lupi Pajar Hermawan, Kecamatan Cisaat.

Bacaan Lainnya

PRIA kelahiran 72 tahun silam itu bersama isterinya, Cua menghuni gubuk yang berukuran 2×2 meter. Karena lahan rumah itu bukan miliknya sendiri, akhirnya keluarga ini terpaksa digusur sang pemilik tanah. Ya, pemilik rumah menjual lahan yang mereka tempati itu kepada orang lain.

Supaya keluarga ini tetap memiliki tempat tinggal, akhirnya pemilik lahan dan juga warga sekitar membangunkan rumah untuk keluarga Abah Ejen. Karena kondisinya yang terus sakit-sakitan, bangunan barunya itu pun berdiri tidak jauh dari lokasi rumah sebelumnya.

Tokoh masyarakat sekitar, Ruyani mengaku prihatin atas kondisi yang dialami warganya itu. Tanpa fikir panjang, ia bersama warga dan pemerintah setempat bermusyawarah untuk membangunkan tempat tinggal bagi pasangan yang sudah berusia senja. Hingga akhirnya, pembangunan rumah pun bisa dimulai.

“Emak Cua sering ke rumah jika selesai kerja. Beliau sering menangis karena harus segera meninggalkan rumah yang didiaminya itu,” cerita Ruyani kepada Radar Sukabumi, (9/2).

Penghasilan mak Cua dari hasil kerjanya sebagai pembantu rumah tangga tidak mungkin bisa membangun rumah. Terlebih, Abah Ejen kini sudah tak berdaya karena terkena penyakit yang menggerogotinya. Cua pun terpaksa menggantikan peran Abah Ejen, menjadi tulang punggung keluarga.

“Mak Cua hanya diberi upah Rp18 ribu setiap harinya, itu mungkin cukup untuk makan saja. Saya dan juga warga yang prihatin atas kondisi beliau, akhirnya mencari solusi agar mereka bisa mempunyai hunian baru,” imbuhnya.

Hasil kesepakatan bersama dengan warga sekitar, tanah yang semula diwakafkan untuk pemakaman umum, akhirnya menjadi solusi untuk membangunkan rumah baru bagi pasangan yang berusia senja itu. “Untuk sementara kami bangunkan rumah di area dekat pemakanan. Alhamdulilah berkat bantuan warga dan sebuah yayasan, rumah untuk beliau berhasil dibangun dengan ukuran 4×5 meter,” terangnya.

Pimpinan yayasan, Zakaria mengaku prihatin melihat kondisi yang dialami pasangan paruh baya ini. Setelah melakukan survei ke kediaman sebelumnya, ia pun langsung berupaya mambangunkan rumah secara swadaya dengan masyarakat untuk pasangan itu.

“Awalnya saya mendapat kabar dari warga, ada pasangan paruh baya yang tinggal di gubuk dan harus segera pindah karena pemilik tanah telah menjualnya. Saat itulah kami langsung melihat lokasi dan langsung berupaya membangun rumahnya kembali di lokasi yang aman,” tambahnya.

Di tempat yang sama, bah Ejen mengaku bersyukur atas kepedulian masyarakat kepadanya. Mimpi untuk memiliki rumah yang nyaman pun tak lama lagi akan segera terwujud. “Bersyukur tentunya, sebelum sakit yang membuat lumpuh, Abah jualan daging keliling. Tapi setelah sakit, isteri yang bekerja. Terimakasih kepada semuanya yang telah membantu,” singkat kepala keluarga yang tidak memiliki keturunan itu. (*/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *