Jelang Gerhana Bulan 31 Januari 2018, Pesisir Pantai Waspada

Menjelang fenomena alam gerhana bulan terjadi pada Rabu (31/1), jarak bulan dengan bumi mencapai 358.993 km. Jarak itu sejauh itu berlangsung pada Selasa (30/1), pukul 16.56 WIB.

Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Harry Tirto Djatmiko mengatakan pada Selasa (30/1) pukul 16.56 WIB, bulan berada di perigee berjarak 358.993 km dari bumi. Pada 29,5 jam berikutnya, yaitu Rabu (31/1) pukul 20.26 WIB, bulan berada dalam puncak fase purnamanya.

Bacaan Lainnya

“Kejadian purnama perigee penutup dari tiga rangkaian supermoon ini adalah yang banyak ditunggu karena pada saat tersebut terjadi pula peristiwa Gerhana Bulan Total yang dapat diamati dari seluruh Indonesia dari awal malam hingga tengah malam. Terlebih, peristiwa totalitasnya akan terjadi selama satu jam 16 menit yang menyebabkan Bulan akan berwarna merah,” sebut Harry seperti dilansir Padang Ekspres (Jawa Pos Group), Senin (29/1).

Terkait adanya pihak yang mengait-ngaitkan peristiwa gerhana dengan gempa, Kepala BMKG Padangpanjang Rahmat Triyono menyebut, selama ini tidak ada data anomali pergeseran lempeng bumi saat gerhana.

“Pada saat gerhana bulan maupun matahari, dari data yang kami miliki sampai saat ini tidak ada terjadi gempa. Tapi, gerhana hanya menyebabkan perubahan muka air laut. Pasang maksimum mencapai 20-30 persen dari purnama biasa,” jelasnya.

BMKG Stasiun Geofisika Padangpanjang akan melakukan pengamatan gerhana bulan tersebut mulai pukul 16.00 WIB pada 31 Januari 2018 di kawasan Jam Gadang Bukittinggi.

Lembaga antariksa Amerika Serikat NASA menyebut, bulan bisa mencapai 30% lebih besar dan 14 persen lebih terang dari biasanya. “Iya. Bulan pada posisi lebih dekat dari bumi. Lebih besar dari bulan purnama biasa. Ini fenomena sangat langka,” kata Rahmat.

Menurut Rahmat, seluruh proses gerhana dapat diamati di Samudra Pasifik serta bagian timur Asia, Indonesia, Australia, dan bagian baratlaut Amerika. Gerhana ini dapat diamati di bagian barat Asia, Samudra Hindia, bagian timur Afrika, dan bagian timur Eropa pada saat bulan terbit.

Adapun proses gerhana pada saat bulan terbenam dapat diamati di bagian utara Amerika dan bagian timur Samudra Pasifik. Sementara pengamat di bagian barat Eropa, sebagian besar Afrika, Samudra Atlantik, dan bagian selatan Amerika tidak akan dapat mengamati keseluruhan proses gerhana ini.

Gerhana bulan total 31 Januari 2018 ini merupakan gerhana ke 49 dari 73 gerhana pada seri Saros 124. Gerhana bulan sebelumnya yang berasosiasi dengan gerhana ini adalah gerhana bulan total 21 Januari 2000. Sedangkan gerhana bulan berikutnya yang berasosiasi dengan gerhana bulan ini adalah gerhana bulan total 11 Februari 2036. “Semua gerhana bulan dalam seri Saros 124 terjadi saat bulan bergerak ke arah utara ekliptika bumi,” jelas Rahmat.

“Kami sudah koordinasikan dengan Dinas Pariwisata setempat. Bakal hadir Pak Wali Kota dan Kepala Kemenag Bukittinggi. Pengamatan malam itu nantinya dirangkai dengan edukasi, pariwisata, dan salat gerhana,” kata Rahmat.

(iil/ce1/JPC)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *