7 Mitos Gerhana Bulan

JAKARTA – Tepat 31 Januari 2018 nanti, masyarakat Indonesia mendapat kesempatan langka melihat gerhana bulan penuh.

Gerhana bulan penuh tersebut menjadi momen langka, sebab gerhana yang sama terjadi pada 152 tahun lalu.

Bacaan Lainnya

Dalam budaya tradisional, gerhana bulan tak lepas dari mitos-mitos menyeramkan yang banyak dipercaya masyarakat Indonesia.

Tapi sejatinya, mitos menyeramkan berkaitan dengan gerhana bulan nyatanya bukan saja ada di Indonesia.

Melainkan juga dipercaya oleh masyarakat Tiongkok sampai suku Indian Amerika dan Indian Inca yang mendiami Peru pada abad ke-15.

Berikut mitos-mitos seram yang berkaitan dengan gerhana bulan:

1. Orang hamil pantang keluar rumah

Di berbagai budaya, termasuk Indonesia, gerhana bulan atau gerhana matahari menjadi pantangan keras bagi perempuan yang sedang hamil. Jika hal ini dilanggar, ada konsekuensi yang harus ditanggung.

Mulai dari bayi yang lahir berkulit belang, buta, bibir sumbing, sampai lahir tak sempurna. Kepercayaan ini masih berlangsung hingga kini di Indonesia.

2. Dimakan raksasa

Di masyarakat Indonesia, hingga kini, dipercaya hilangnya bulan atau matahari akibat gerhana karena dimakan raksasa. Di kalangan masyarakat Jawa, raksasa tersebut adalah Bathara Kala yang tengah marah. Cerita ini menjadi mitos turun-temurun hingga menjadi cukup membekas bagi anak-anak.

3. Penebaran racun
Gerhana adalah saat dimana terjadi penebaran racun. Di Jepang, gerhana dipercaya menyebarkan racun melalui sumur, sehingga membuat masyarakat Jepang menutup rapat sumur agar tak terpapar sinar gerhana.

Bagi masyarkat India, memasak saat gerhana dipercaya akan menjadi racun yang bisa membunuh siapapun yang memakannya. Mereka percaya makanan yang terpapar sinar gerhana telah beracun.

4. Dimakan naga, srigala dan Jaguar

Bagi masyarakat Tiongkok, gerhana bulan dianggap merupakan kemunculan naga jahat yang memakan bulan. Untuk mengusir sang naga jahat, masyarakat Tiongkok akan menyulut petasan sebanyak-banyaknya dengan harapan naga pergi karena ketakutan.

Tak jauh berbeda, peradaban Indian kuno menganggap hilangnya bulan karena dimakan srigala. Karena itu, mereka akan membunyikan segala macam benda untuk menakut-nakuti srigala.

Sementara, suku Indian Inca yang mendiami Peru di abad 15 percaya bulan hilang karena dimakan Jaguar. Dipercaya, usai menyantap bulan, jaguar lantas turun ke bumi untuk memakan manusia.

Sebagai gantinya, mereka akan memukul segala benda dan berteriak-teriak sepanjang malam sampai berlalunya gerhana.

5. Kedatangan Ibu Bulan
Bagi suku Indian Amerika, gerhana bulan dipercaya sebagai kedatangan Ibu Bulan yang sekaligus membawa kabar baik. Yakni pencerahan dan pembersihan jiwa serta spiritual manusia.

6. Diserang hewan piaraan
Berbeda, suku Hupa yang pernah meniami bagian utara California percaya gerhana bulan dipercaya bulan tengah berdarah dari luka yang diakibatkan oleh hewan piaraan bulan sendiri.

Mereka percaya, bulan sesungguhnya memiliki puluhan istri dengan banyak piaraan hewan-hewan buas. Namun, luka itu kemudian disembuhnkan oleh istri-istri bulan.

7. Kemarahan Tuhan

Dalam catatan, bangsa Yunani kuno menganggap gerhana menjadi tanda kemarahan Tuhan. Saat itu dipercaya Tuhan sudah sangat marah dan tak peduli lagi dengan manusia.

Selain itu, gerhana juga menjadi pertanda bencana di muka bumi.

Gerhana sendiri, dalam bahasa Yunani ‘ekleipsis’ (eclipse) yang bisa diartikan ‘ditinggalkan’.

(ruh/pojoksatu)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *