25 Ribu Yang Setara 800 Juta Rupiah

Sebuah data penelitian dari WHO (World Health Organization), yang terdapat pada Non Communicable Disease Country Profile tahun 2014, menyatakan bahwa di Indonesia, sudah sangat jarang didapatkan kejadian kematian murni, yang tidak melalui kondisi sakit sebelumnya. Dari penelitian tersebut, didapatkan data bahwa dari 100% kematian, 93% diantaranya didahului oleh kondisi sakit. Sebuah angka yang cukup mencengangkan bagi saya pribadi.

Kalau kita runut lebih jauh, angka tersebut pastinya bukan tanpa dasar, kehidupan yang semakin modern, pola makan yang cenderung semakin kurang sehat, olah raga yang semakin jarang, tidaklah heran membawa kita pada peluang sakit yang semakin besar.

Bacaan Lainnya

Lantas apa yang perlu kita antisipasi atas data penting tersebut? Ya, betul sekali, kita perlu berikhtiar maksimal untuk kesehatan kita dan keluarga. Nyatanya, kejadian sakit, bukanlah lagi sebuah hal jarang yang bisa menimpa kita. Data tersebut menggambarkan begitu cukup seringnya kita dan keluarga bisa terkena resiko sakit, yang mengakibatkan kita perlu mendapatkan layanan rawat jalan, maupun rawat inap.

Penyedia layanan kesehatan, dalam hal ini rumah sakit, klinik, puskesmas, merupakan sebuah institusi yang memiliki tugas mulia untuk memberikan layanan kesehatan kepada warga masyarakat yang membutuhkan. Dan penyediaan layanan ini membutuhkan berbagai sumber daya, yang umumnya berdurasi 24 jam.

Selain sumber daya manusia, sumber daya lain pun sangat penting perannya dalam memastikan layanan kesehatan kepada pasien berjalan baik. Tidak heran, pelayanan kesehatan bukanlah sesuatu yang murah, karena untuk menyediakan layanan tersebut dibutuhkan berbagai sumber daya yang keseluruhannya memiliki konsekuensi biaya.

Dari sebuah riset kecil yang kami lakukan bersama BPJS Kesehatan Sukabumi, kami coba membagi populasi ke dalam 3 kelompok berdasarkan potensi seringnya berobat ke rumah sakit, yaitu kelompok mereka yang beresiko rendah, sedang maupun tinggi. Saya akan membahas hanya pada yang resiko rendah terlebih dahulu.

Kami kemudian membagi populasi berdasarkan kelompok usia dan menghitung seberapa sering mereka berobat ke rumah sakit. Temuan pertama adalah, mereka yang berusia dewasa / lansia, berpotensi berobat ke rumah sakit sampai 5 kali lebih sering dari mereka yang anak-anak atau remaja.

Dari data tersebut, kami menjumlahkan keseluruhan frekuensi berobat pada semua usia, lalu mengalikannya dengan perkiraan rata-rata biaya berobat per kali berobat di rumah sakit (asumsi perawatan kelas 3).

Didapatkan hasil bahwa, perkiraan biaya berobat yang dihabiskan setiap penduduk, baik rawat inap maupun rawat jalan, dari usia 0 tahun sampai usia 70 tahun, adalah sekitar 870 juta rupiah. Wah, ternyata bukan sebuah angka yang kecil.

Jika keluarga kita terdiri dari 4 orang (suami, istri serta 2 orang anak), maka kebutuhan biaya untuk berobat pada seumur hidupnya bisa berkisar pada sekitar angka 3 milyard rupiah.

Seberapa banyak keluarga yang bisa menyisihkan 3 milyard rupiah hanya untuk keperluan berobat? Kemungkinan sangat sedikit. Ketidaksediaan biaya yang cukup ketika terjadinya sakit tentu sangat memilukan bagi kita anggota keluarga, karena sangat meresikokan kelancaran proses pengobatan yang seharusnya mereka jalankan. Apakah kita tega tidak memberikan pengobatan yang optimal pada istri maupun anak kita karena kekurangsiapan kita menyiapkan pembiayaannya?

Karena itulah, sejak tahun 2014, negara kita melalui BPJS Kesehatan mewajibkan seluruh warga negaranya menjadi peserta aktif. Melalui konsep gotong royong yang diusung dalam sistem ini, setiap warga negara yang mampu, cukup membayar iuran bulanan sebesar mulai dari Rp 25.500,- untuk layanan rawat inap kelas tiga. Dengan kepesertaan aktif tersebut, BPJS Kesehatan akan membayar biaya kesehatan yang timbul, sesuai aturan yang berlaku.

Pastinya negara telah merancang sebuah program yang bermanfaat untuk seluruh warganya, pastikan kita sekeluarga memiliki kepesertaan aktif BPJS Kesehatan, yang bisa kita peroleh mulai iuran Rp 25.500,- per bulan, sebagai ikhtiar kita terhadap potensi biaya kesehatan yang bisa mencapai 800 juta rupiah pada sepanjang kehidupan kita.

Salam semakin sehat dari kami keluarga besar Rumah Sakit Betha Medika, semoga kita bisa bersama sama bahu membahu mewujudkan Indonesia yang Lebih Sehat melalui Universal Health Coverage pada 2019 mendatang. (*)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *