Benahi Sistem Pendistribusian Beras

Solusinya adalah lanjut Dedi, ketika padi dipanen, para buruh ini diberikan saja hasilnya, berupa beras. Atau jika lebih bisa ditambah juga dengan uang. Lalu setelah itu pemerintah desa setempat juga harus turun menghitung hasil beras para petani.

“Jadi petugas desa tahu hasil dari masing-masing petani. Nantinya sebagian disimpan di lumbung desa, sehingga warga di desa tersebut tak akan kekurangan pangan. Kalau begitu jadi daerah-daerah lumbung padi memiliki cadangan beras yang cukup,” tuturnya

Bacaan Lainnya

Selain itu harga beras di daerah-daerah ini bisa murah, karena tak terganggu oleh biaya distribusinya. “Kalau yang di kota boleh lah agak mahal, karena ada biaya distribusinya,” ucapnya menambahkan.

Disinggung mengenai impor beras, menurut Dedi hal itu belum perlu diberlakukan di Purwakarta. Hal ini dikarenakan jumlah hasil padi di Purwakarta yang surplus.

“Tetapi jika sistem ini diberlakukan maka sebenarnya impor beras juga bisa dihindari. Karena sebenarnya negara kita ini mampu menghasilkan beras yang banyak,” ucapnya.

Dedi pun menambahkan sistem pengelolaan beras ini bisa dicontoh di kampung-kampung adat. Seperti di Badui dan Ciptagelar.

“Jangan salah di Ciptagelar cadangan berasnya 150 tahun. Jadi mereka gak bertani pun berasnya masih ada untuk waktu yang lama,” ucapnya.

Oleh karenanya Dedi berharap sistem pengelolaan beras yang dia jelaskan tersebut, bisa diterapkan di desa-desa.

“Kalau ini dijalankan tak akan ada lagi beras mahal dan beras langka. Apalagi kita tinggal di negara agraris,” tandasnya. [nif]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *