Tunisia Rusuh , Satu Tewas, 237 Orang Ditangkap

Unjuk rasa di Tunisia semakin memanas saat para pengunjuk rasa menyesaki jalan-jalan di Ibu Kota Tunis pada Rabu, (10/1). Setidaknya empat kota lainnya juga dipenuhi warga yang melakukan unjuk rasa penuh kekerasan akibat kesulitan ekonomi.

Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan orang di Tunis dan di Tebourba, sebuah kota kecil di dekat tempat satu pengunjuk rasa tewas pada hari Senin lalu. Ini menurut keterangan saksi mata.

Bacaan Lainnya

Unjuk rasa mulai terjadi hari Minggu lalu. Hanya beberapa hari sebelum ulang tahun ketujuh gerakan Musim Semi Arab yang mengguncang Afrika Utara dan Timur Tengah pada tahun 2011.

Para pengunjuk rasa marah setelah pemerintah menaikkan harga barang-barang kebutuhan pokok dan memperkenalkan pajak baru pada awal tahun ini. Pemerintah Tunisia berusaha mengatasi defisit yang membengkak dan memberikan solusi pada kreditor asing.

Pada akhir hari Selasa, bentrokan meletus di lebih dari 20 kota. Para pengunjuk rasa menyerang kantor polisi dan gedung-gedung pemerintah dan membakar mobil.

Mereka juga melemparkan bom bensin ke sebuah sekolah Yahudi di pulau wisata Djerba, selatan.

Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Khelifa Chibani mengatakan, Sekitar 50 polisi terluka dalam kekerasan tersebut. Sebanyak 237 orang ditangkap, termasuk dua anggota kelompok radikal.

“Apa yang terjadi adalah kekerasan yang tidak dapat kita terima. Negara akan tetap teguh,” kata Perdana Menteri Tunisia Youssef Chahed dalam sebuah video yang disiarkan oleh radio lokal setelah dia mengunjungi kota-kota yang terkena bentrokan.

Tunisia secara luas dipandang sebagai satu-satunya kisah sukses demokrasi di antara negara-negara yang mengalami Arab Spring. Tunisia juga memiliki sembilan pemerintahan sejak saat itu. Namun tidak ada satupun yang dapat menghadapi masalah ekonomi yang parah.

Pemberontakan tahun 2011 dan dua serangan militan pada 2015 merusak investasi asing dan pariwisata. Padahal itu menyumbang delapan persen dari aktivitas ekonomi Tunisia.

(Reuters/iml/met/JPC)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *