Keseruan Kirab Grebeg Maulid Rangkah Gang Buntu Kapal Cheng Ho Ludes sebelum Bersandar

Kemeriahan dalam merayakan Maulid Nabi masih terasa hingga sekarang. Warga Rangkah Gang Buntu mengadakan karnaval keliling kampung. Aneka gunungan dan dandanan dipertontonkan.

GALIH ADI PRASETYO

KAPAL Cheng Ho pun terkoyak sebelum sampai garis finis. Bak menembus ombak, replika kapal dari Tiongkok sepanjang 5 meter dengan tiang layar setinggi 3 meter itu dihadang puluhan orang.

Orang-orang tersebut berebut isi gunungan yang terpasang di atas kapal berkepala naga itu.

’’Sabar.. sabar.. ben mlaku sek (sabar, biar jalan dulu kapalnya, Red),” teriak lantang salah seorang panitia yang berada di atas replika kapal buatan RT 3, RW 6, Rangkah, Gang Buntu.

Namun, teriakan itu ternyata sia-sia belaka. Warga sudah telanjur kepincut dengan isi gunungan yang berisi buah-buahan, sayur, dan berbagai makanan kecil.

Akhirnya, replika kapal yang dibuat di atas gerobak sampah itu tum bang juga. Kapal ’’terpelanting’’ ke kiri. Massa pun semakin merangsek berebut isi gunungan.

Dalam hitungan menit, gunungan di atas replika kapal berwarna biru putih itu ludes. Mereka berebut isi gunungan yang kemudian dimasukkan kresek. Sebelumnya warga memang siap dengan kresek masing-masing.

’’Lumayan nanti dimasak,” ujar Fitri Nur Lestari, warga Kelurahan Tambak Segaran, yang menyaksikan acara itu. Grebeg Maulid merupakan hajatan rutin di kampung itu.

Dalam pergelaran yang diadakan sejak pukul 08.00 itu, ada 12 gunungan yang dikirab. Gunungan pun dirangkai menyerupai berbagai bentuk. Ada yang mirip rumah, masjid, dan mobil. Ada juga 25 rombongan karnaval. Karnaval diikuti warga tiap-tiap RT di RW 6.

Selain itu, karnaval diikuti taman pendidikan Alquran (TPA), PAUD, pesantren, dan masjid di lingkungan RW 6. Berbagai kostum unik mereka tampilkan, termasuk fenomena pasangan menikah beda umur yang marak terjadi.

’’Rabiku (nikahku, Red) akibat digerebek Pak RT.” Begitu tulisan yang terpasang di becak dengan pasangan muda-tua sebagai penumpang.

Start dimulai dari Rangkah Buntu Gang I memutar melewati Jalan Kenjeran, Jalan Rangkah I, Jalan Rangkah II, dan kembali lagi ke Jalan Kenjeran.

Rute yang ditempuh kurang lebih 2 kilometer. Nah, saat berada di Jalan Kenjeran inilah ritual khas grebeg gunungan dimulai. Sudah tahun kelima kirab tersebut digelar.

Beda dengan tahun lalu yang hanya melibatkan 800 warga, kirab kali ini diikuti lebih dari 1.500 warga. Belum termasuk ratusan orang yang me nonton di sepanjang rute karnaval.

Uniknya lagi, karnaval melewati gang kampung yang terhitung sempit atau hanya cukup untuk lintasan motor roda tiga.

Sigit Sudartono, ketua RW 6, Kelurahan Rangkah, Kecamatan Tambaksari, mengungkapkan, pergelaran tersebut memang agenda wajib bagi warga Rangkah.

Tiap RT bebas berkreasi dan menunjukkan kreativitasnya. ’’Ini semua murni swadaya dari warga sendiri,” katanya.

Dia menambahkan, pergelaran Grebeg Maulid jadi sarana promosi budaya dan keberagaman. Adanya
gabungan budaya seperti reog, liangliong, dan barongsai jadi keunikan Grebeg Maulid ini.

Sementara itu, Ridwan Mubarun, camat Tambaksari, berencana lebih memeriahkan pergelaran Grebeg Maulid tahun depan.

Menurut dia, pergelaran tersebut menunjukkan bahwa kearifan lokal masih bisa hidup dan terjaga di Surabaya. (*/c17

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *