Kronologis Ustad Abdul Somad Diusir dari Bali, Lengkap Dengan Videonya!

JAKARTA – Ustad Abdul Somad diusir dari Bali oleh sekolompok massa ormas. Ia pun lantas menyampaikan klarifikasinya terkait peristiwa tersebut.

Dalam klarifikasinya, ustad asal Pekanbaru, Riau itu menjelaskan bahwa peristiwa yang menimpa dirinya tersebut adalah ulah provokator.

Bacaan Lainnya

Klarifikasi itu pun kemudian menyebar di media sosial berbagai video.

“Muncul isu Abdul Somad ditolak oleh masyarakat Bali karena dia radikal, anti-NKRI, saya tidak percaya pada isu. Saya tidak percaya,” katanya.

Bahkan, ia yakin masyarakat Bali tidak menolak kehadiran dirinya.

“Andai mereka menolak, umat Islam tidak mungkin 800 tahun sudah ada di sini. Pasti lah ini ulah-ulah provokator yang tidak benar,” kata dia.

Ia pun menegaskan bahwa dirinya bukan pribadi yang anti-NKRI seperti yang dituduhkan oleh orang-orang tak bertanggungjawab tersebut.

Malah, ia menegaskan dirinya adalah orang yang cinta pada Pancasila dan NKRI. Hal itu dibuktikan Somad lewat beberapa kejadian yang dilaluinya.

Mulai dari saat dia melakukan tes hendak ke Mesir yang harus lulus Pancasila.

“Akhirnya terjadilah klarifikasi. Apa betul Ustad Somad anti-NKRI? Kata siapa?”

Berikut kronologis dan klarifikasi resmi dari Ustad Abdul Somad terkait pengusiran di Bali.

KRONOLOGIS & KLARIFIKASI RESMI USTADZ ABDUL SOMAD

1. Kamis, 7 Desember 2017

Saya mendapat berita di group WA bahwa KRB menetapkan syarat bahwa saya diterima di Bali jika mau berikrar di Rumah Kebangsaan. Saya menolak karena:

A. Saya bukan pemberontak

B. Saya tidak terdaftar di ormas terlarang

C. Saya mendapat beasiswa Mesir-Indonesia tahun 1998 setelah lulus Pancasila dan P4. Saya lulus tes PNS 2008 karena bukan anti Pancasila. Sampai sekarang mengajarkan cinta kebangsaan dari kampus sampai desa terpencil.

2. Kamis, jam 22.15 WIB

Saya kirimkan WA ke panitia:
“Pak, kalau mereka tetap meminta saya ikrar kebangsaan. Saya tidak hadir”.
Panitia menjawab: “Kita masih dialog dengan Polda”.

3. Jumat, 8 Desember 2017 Jam 00.15 WIB
Saya WA panitia, “Bagaimana Pak, sudah ada keputusan?”
Jam 04:17 WIB balasan dari panitia masuk: “Kami koordinasikan ke berbagai pihak, tafadh-dhol Ustad untuk berangkat.”
Saya fahami dari WA ini bahwa masalah sudah clear.

4. Jumat jam 12.30 WITA

Kami mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Kami sudah menunggu panitia di bandara, kami dibawa ke hotel. Makan dan istirahat.

5. Jumat jam 16:00 WITA

Saya dibangunkan, saya curiga akan ‘disidang’. Saya minta kepada tim untuk membeli tiket, “Kita pulang, karena ini di luar kesepakatan. Kelihatannya kita dijebak”.

Saya dibawa ke salah satu ruangan hotel. Disana sudah menunggu sekitar 10-15 orang. Mereka meminta saya berikrar.

Saya klarifikasi bahwa semua yang dituduhkan ke diri saya adalah fitnah. Karena saya menolak berikrar, mereka melontarkan kata-kata tidak layak: “Ngeles!”, “Seperti PKI”, “Panitia mendatangkan Ustad otak SD”, “Pulangkan saja!”, dan lain-lain.

Saya memilih pulang. Saya kembali ke kamar hotel untuk siap-siap pulang ke bandara.

6. Sekitar pukul 17:00 WITA

Ketua PW NU Bali yang dari awal mendampingi, menangis memikirkan apa yang akan terjadi kalau saya pulang. Dari pihak hotel menyampaikan bahwa situasi di seputaran hotel (lobby, halaman) tidak terkendali, massa KRB demo penolakan, hotel tidak bertanggung jawab jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Seorang Bapak Polisi masuk menyampaikan ada jalan belakang hotel menuju mobil jika ingin meninggalkan hotel karena pintu depan tidak terkendali.

Kapolresta Denpasar dan Dandim masuk, meminta agar mempertimbangkan, selamatkan ummat. Di Masjid An-Nur sudah ada 5000-an jamaah yang siap datang ke hotel. Situasi memanas dan mencekam.

7. Sekitar jam 18:00 WITA

Bismillah. Saya dan semua yang ada di kamar menuju ruangan mediasi awal. Pak Kapolres memberikan sambutan singkat. Gus Yadi membawa bendera, dicium semua yang ada di ruangan.

Kami keluar ruangan menuju lobby hotel. Pengunjuk rasa bergemuruh. Pengawalan ketat.

Pengunjuk rasa tetap berteriak: “Nyanyikan dari hati, jangan di mulut saja!”. Menyanyikan Indonesia Raya.

Saat bersalaman mereka menarik dan mencengkeram kuat.
Setelah usai, kami kembali ke kamar.

8. Selepas Isya

Kami menuju Masjid An-Nur, ceramah 100 menit. Jamaah antusias. Acara selesai, kami kembali ke hotel. tvOne minta live call jam 22.00 WITA.

Saya sampaikan untuk menenangkan netizen yang heboh: “Saya dalam keadaan aman. Sudah Tabligh Akbar. Sudah di hotel”.

9. Sabtu 9 Desember 2017

Kajian Shubuh di Masjid Baiturrahmah berjalan lancar, kemudian seharian penuh istirahat dan menyambut tamu-tamu dan jamaah di hotel.

Menjelang Maghrib hadir PW NU, Muhammadiyah, MUI Bali, GNPF, dan lain-lain.

Ba’da Isya kami ke Masjid Baiturrahmah Tabligh Akbar terakhir.

10. Ahad 10 Desember 2017

Selepas Shalat Shubuh kami menuju bandara didampingi MUI, GNPF, dan Kepolisian.

11. Mereka masih memunculkan berita-berita di medsos bahwa saya menolak ikrar karena benar anti NKRI.

12. Jamaah tersakiti karena mereka menuduh saya tidak berani pulang karena sudah termakan honor. Saya sampaikan, ini fitnah. Semua honor di Bali sudah saya kembalikan ke panitia.

Kami orang Riau, walau tidak kaya masih tumbuh sebatang dua batang pohon sawit yang menghantarkan kami ke Kairo tahun 1998 saat 1 Dolar Rp20.000,- karena ongkos dibebankan ke siswa.

13. Harap diambil tindakan hukum terhadap mereka yang sudah merusak kebhinekaan yang terjaga di Bali selama ini. Hadirnya Raja Bali DR. Ida Cokorde Pemecutan XI dan beberapa tokoh Hindu pada Tabligh Akbar tadi malam membuktikan bahwa para provokator ini tidak mewakili rakyat Bali.

14. Agar kaum muslimin Bali membentuk Aliansi Muslim Bali untuk menjaga internal dan eksternal tetap menjaga kerukunan dengan saudara Hindu Bali, untuk mengantisipasi para provokator yang dapat merusak kerukunan di masa akan datang.

15. NKRI Harga Mati

(ruh/pojoksatu)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *