Kondisi Emak Mur’ah Memprihatinkan

CIKEMBAR – Nasib memilukan menimpa Emak Mur’ah (90), warga Kampung Cikate, RT 3/11, Desa/Kecamatan Cikembar tinggal sebatang kara di gubuk reyot yang nyaris ambruk, Jum’at (8/12).

Nenek yang sudah lanjut usia (Lansia) ini bertahan hidup dengan mengandalkan uluran tangan masyarakat. Bahkan, gubuk reyot yang kondisinya sudah miring tersebut, merupakan pemberian warga setempat.

Bacaan Lainnya

Gubuk yang berukuran sekitar 4 x 4 meter itu kondisinya cukup memprihatinkan. Lantai masih beralaskan tanah, kayu-kayu penyangga atap pun terlihat lapuk. Sebagian genting terpasang tak beraturan sehingga terlihat mengangga, otomatis ketika hujan turun airnya langsung terjun dengan bebas membasahi pekakas dapur yang terlihat sudah termakan usia.

“Emak nggak punya anak kandung, saudara juga nggak punya. Suami sudah meninggal 4 tahun yang lalu. Tetapi, kalau anak pungut ada, namun sekarang tidak tahu di mana. Karena sudah beberapa bulan terkahir mereka tidak datang ke sini.

Rumah dan tempat tingal Mak ini, hasil dari pemberian orang lain. Jadi kalau genting ada yang bocor bingung mau minta tolong ke siapa,” ujar Mak Mur’ah saat disambangi Radar Sukabumi, Jum’at (8/12).

Mak Mur’ah yang tidak cakap berbahasa Indonesia ini mengaku sudah lebih dari lima tahun tinggal di Kampung Cikate dan menempati gubuk reyot tersebut. Hampir disetiap pojok ruangan terdapat pekakas dapur dan sejumlah pakaian yang terpampang menggunakan seutas tali rapia.

Bahkan, di bagian ruang dapur ada seekor ayam yang tengah mengerami telornya di atas besek. “Sendirian Pak, sudah biasa keadaan begini. Biasa saja sendiri saja,” katanya.

Mak Mur’ah sendiri tidak ingat betul tahun berapa kepindahannya ke kampung tersebut. Ia mengaku pindah dari kampung sebelah karena rumah yang lama telah dijual oleh anak pungutnya, yang saat ini tidak tahu keberadaannya.

Lebih mirisnya, anak pungut Mak Mur’ah ini, setelah menjual tempat dan rumahnya langsung pergi begitu saja. “Anak pungut ada tiga, mereka adalah Mumuh (35), Misda (37) dan Nengsih (33). Mereka ini yang menjual rumah Emak,” bebernya.

Meskipun hidup sendiri, namun sehari-hari Mak Mur’ah mengaku bisa bertahan hidup. Tetangga di kampung menurutnya kadang memberikan bantuan. Termasuk ia sendiri mengaku masih bisa memasak meskipun hanya nasi dan lauk seadanya.

Meskipun sudah berumur, nenek tua renta ini mengaku tidak terlalu mengeluh tinggal di gubuk yang sudah reyot. “Selama hidup sendiri, di sini Mak tidak terlalu ingat berapa dan kapan bantuan datang dari pemerintah. Seingat saya setiap bulannya suka mendapatkan bantuan dari Pak RT berupa beras,” ujarnya.

Ketua RT 3/11, Kampung Cikate, Kedusunan Ciseupan, Desa/Kecamatan Cikembar, Nana Suryana (53) menjelaskan, Mak Mur’ah sebelum tinggal di gubuk ini, awalnya tinggal dengan suaminya di kampung sebelah.

Karena tidak memiliki keturunan, maka saat suaminya meninggal, ketiga anak pungutnya tersebut jarang menengok Mak Mur’ah dan terkesan tidak peduli sehingga membiarkannya. “Setelah suaminya meninggal, dia tinggal sendri, makan sehari-hari pun pemberian dari tetangga. Kadang ada yang rutin menengok ke sini dari anggota Bhabinkamtibmas Polsek Cikembar dan Babinsa Koramil Cikembar,” pungkasnya. (cr13/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *