Awass….Wabah Difteri Sampai Sukabumi, Begini Gejalanya

SUKABUMI – Wabah Difteri ternyata sudah sampai ke Sukabumi. Informasi yang dihimpun Radar Sukabumi, sedikitnya ada dua warga di Kabupaten Sukabumi inyatakan telah terjangkit wabah menular tersebut. Pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi pun mengaku sudah melakukan langkah pertolongan medis kepada korban.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sendiri, sudah menyatakan kasus tersebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Sekretaris Dinkes Kabupaten Sukabumi, Harun Alrasyid mengungkapkan, dua warga telah dinyatakan terserang wabah Difteri, satu diantaranya di RS Palabuhanratu dan BLUD RS Sekarwangi.

Bacaan Lainnya

“Satu balita yang dirawat di RS Pelabuhanratu dan satu orang tua dirawat di BLUD RS Sekarwangi. Kami sudah menetapkan status ini sebagai KLB,” jelasnya kepada Radar Sukabumi,(8/12).

Penyakit Difteri sangat menular dan dapat menyebabkan kematian. Namun, penyakit yang berbahaya ini dapat dicegah dengan melakukan imunisasi sesuai jadwal yang direkomendasikan oleh Kemenkes atau Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

“Imunisasi merupakan perlindungan terbaik terhadap kemungkinan tertular penyakit Difteri dan dapat diperoleh dengan mudah di berbagai fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta,” terangnya.

Bagi masyarakat yang menemukan gejala penyakit tersebut, disarankan agar segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan dan mendapatkan vaksin DPT. Selain itu, masyarakat harus mengenali gejalanya seperti demam tidak tinggi, nafsu makan menurun, lesu, nyeri menelan dan nyeri tenggorok, sekret hidung kuning kehijauan dan bisa disertai darah.

“Segera ke fasilitas kesehatan terdekat, apabila mengeluh nyeri tenggorokan disertai suara berbunyi seperti mengorok (stridor) atau pembesaran kelenjar getah bening leher. Khususnya anak berumur kurang dari 15 tahun dan apabila dicurigai menderita Difteri, agar segera mendapat pengobatan dan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan apakah menderita Difteri atau tidak,” anjurnya.

Sementara itu, Humas Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RS Sekarwangi, Ramdansyah menambahkan, satu pasien atas nama Dimyati (64) asal Kampung Sindanglengo RT 1/2 Desa Cijengkol, Kecamatan Caringin dinyatakan terjangkit wabah Difteri. Namun, berkat penangan medis kini kondisi pasien membaik. “Pasien datang Kamis (7/12). Saat ini kami lagi menunggu vaksin untuk pasien,” singkatnya.

Sementara itu, di Kota Sukabumi sendiri wabah tersebut belum terdeteksi. Humas RSUD R. Syamsudin SH Kota Sukabumi, Picho mengaku sejauh ini belum ditemukan pasien baik yang mengeluh ataupun terjangkit Difteri. Namun, pihaknya akan melakukan pendataan untuk mengetahuinya secara pasti. “Sejauh ini belum ada, tapi perlu pendataan dan koordinasi dengan dokter untuk memastikannya,” akunya.

Begitu juga Humas RSI Assyifa Kota Sukabumi, Mutiara Fanesa. Ia mengatakan hal yang sama. Namun, pihaknya tidak bisa memastikan secara utuh. Karena, butuh konfirmasi dan pendataan ulang bersama dokter dan pihak lainnya. “Sejauh ini belum diketahui, saya coba untuk lakukan pendataan,” ucapnya.

Seperti diketahui, Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphtheriae yang menular dan berbahaya. Difteri dapat menyebabkan kematian akibat sumbatan saluran napas atas atau toksinnya yang bersifat patogen, yang menimbulkan komplikasi miokarditis, paralisis saraf kranial dan perifer, artritis, osteomielitis, gagal ginjal, gagal napas, serta gagal sirkulasi.

Masa inkubasi 2-6 hari (1-10 hari) dengan tanda dan gejala utama berupa nyeri menelan, adanya pseudomembran pada tonsil dan/atau faring dan/atau laring, serta demam tidak terlalu tinggi (pada umumnya <38,50C). Pada kasus lebih berat dapat disertai edema jaringan lunak leher (bull neck).

Difteri memiliki tanda dan gejala gangguan saluran napas adanya pseudomembran pada hidung, faring, tonsil, atau laring (dengan catatan setelah penyebab lain disingkirkan).Kasus konfirmasi apabila terdapat tanda dan gejala gangguan saluran napas atas disertai adanya pseudomembran pada hidung, faring, tonsil, atau laring, dengan salah satu kriteria yakni hasil kultur dari swab tenggorok atau hidung positif C.(cr15/cr11/e)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *