IKA PMII Formalkan Tradisi

LEMBURSITU – Dalam agenda silaturahminya Ikatan Alumni (IKA) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Sukabumi di salah satu rumah makan di Jalur Lingkar Selatan, kemarin (26/11).

Salah satu yang dibahas oleh lembaga yang merupakan mantan kader-kader sarjana Nahdlatul Ulama ini, untuk menyiapkan formulasi untuk menguatkan tradisi sosial keagaman dan kebangsaan yang ada di tubuh organisasi tersebut.

Bacaan Lainnya

“IKA adalah wadah yang menampung kader terdidik dengan latar belakang santri. Ini adalah salah satu upaya kita untuk menjaga tradisi agar mampu dimodernisasi dengan pandangan Islam Ahlusunnah Waljamaah ala NU,” papar Ketua IKA PMII Kota Sukabumi Usep Ubaedillah kepada Radar Sukabumi, kemarin (26/11).

Sejalan dengan tradisi yang saat ini selalu dijalankan para kader, Usep menilai dinilai masih lemah karena tidak dibarengi dengan sistem modern yang terwadahi didalam organisasi.

Untuk itu, saat ini kata Usep sudah saatnya IKA PMII melakukan perubahan dalam memaknai tradisi yang sejak lama sudah terbentuk.

Alasan memformalkan tradisi ini, tidak lain supaya memudahkan gerakan dan memberikan sumbangsih pemikiran sosial kemasyarakatan dengan pendekatan Islam Ahlusunah waljamaah.
Dikatakan Usep, pemikiran tersebut harus dimodernkan melalui IKA PMII.

Karena walau bagaimanapun, kader-kader terbaik ada didalamnya.

“Saya kira, sudah saatnya kita menunjukan, bahwa kita mantan mahasiswa NU berperan penting untuk menjawab setiap tantangan, terutama masalah sosial keagamaan dan kebangsaan yang saat ini mulai sedikit berubah arah, salah satunya dengan melakukan pendekatan keberagaman yang berlandaskan Islam Ahlusunnah Waljamaah,” terangnya.

Usep, mengakui, langkah strategis untuk memperformalkan tradisi tidak berdasarkan pada wilayah politik, melainkan lebih kepada persoalan sosial kemasyarakatan berlandaskan pendekatan islam Ahlusunnah Waljamaah.

“Jangan disalah artikan, kita berkumpul dan bersilaturahmi ini, tidak untuk berbicara politik, ini adalah upaya kita untuk mewujudkan tradisi pemikiran dengan pendekatan kita,” pungkasnya. (Sbh/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *