Logo Kabupaten Sukabumi Dikritik

SUKABUMI – Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Yana Chefiana mengkritisi logo Kabupaten Sukabumi.

Pria berjuluk pakar dunia pertanian Indonesia itu menilai, lambang Kabupaten Sukabumi yang layak adalah tanaman teh.

Bacaan Lainnya

Hal itu tentu bukan tanpa sebab.

Menurutnya jika merunut data, dari sebanyak 58 lahan perkebunan yang ada sebagian besar memiliki tanaman teh.

Belum lagi kebun masyarakat yang dibangun melalui kemitraan, jumlah tanaman tehnya cukup luas.

“Saya prihatin pada salah satu acara doorprize pak Bupati bertanya kepada anak sekolah apa lambang Kabupaten Sukabumi? Jawabannya beraneka ragam mulai dari Gemah Ripah Loh
Jinawi, hingga padi kapas, padahal yang benar adalah teh,” ungkap Yana Chefiana kepada Radar Sukabumi, Senin(13/11).

Meski demikian, ia mengakui jika tanaman teh saat ini memiliki masalah.

“Masalah utama tentu ada di petani teh rakyat, karena skala usahanya terbatas sedangkan harga teh tidak begitu menggembirakan,” ujarnya.

Bahkan masih kata Yana, tidak sedikit pula perusahaan perkebunan yang memiliki tanaman teh dibiarkan tanpa dipetik.

“Jika kondisi ini dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan gambar daun teh pada lambang kabupaten tidak layak untuk diikut sertakan,” tegasnya.

Petani teh rata-rata hanya memiliki lahan 0,3 – 0,5 hektar dengan jumlah anggota keluarga empat orang.

Produksi teh per hektar per satu kali panen rata-rata 550 kg, satu bulan dua kali panen jadi produksi per hektar per tahun 1.100 kg teh basah dibeli di tingkat kelompok Rp 2.000 sedangkan jika di beli tengkulak Rp 1.700 sehingga pendapatan kelompok Rp 1.870.000 sampai Rp 2.200.000 per hektar.

“Apabila lahan yang dimiliki hanya 0, 5 hektar, maka pendatan petani Rp935.000 sampai Rp 1.100.000, sedangkan apabila luas lahan hanya 0,3 hektar pendapatan petani berkisar Rp 561.000 sampai Rp 660.000,” bebernya.

Pendapatan ini menurutnya masih kotor, karena jika pemetikan harus menggunakan tenaga kerja petani harus menanggung biaya Rp 600/kg serta biaya pemupukan dan penyiangan setiap 3 bulan sekali.

Kondisi petani teh rakyat bisa bertahan hidup jika luas areal yang diusahakan minimal 1 hektar per KK.

“Beruntung bagi petani yang sudah menanam varietas Gambung 7, petani bisa menikmati keuntungan lain dari hasil pemetikan teh putih atau white tea,”ulasnya.

Harga pucuk white tea yang dipetik sebelum matahari terbit berkisar antara Rp 75.000-Rp200.000, namun kapasitas produksinya sangat terbatas.

Produksi pucuk teh bahan white tea per hektar hanya 5 kg saja dengan interval panen 2 minggu sekali. Atau hanya 10 kg per hektar/bulan dengan pendapatan Rp 375.000 – Rp. 2.000.000 per bulan.

“White tea harganya fantastis, karena memiliki khasiat yang luar biasa bagi para peminumnya,”ucapnya.

Ia menjelaskan harga white siap konsumsi berkisar antara Rp 600.000- Rp3.000.000 per kilogramnya.

“Petani teh rakyat di Kabupaten Sukabumi tersebar di Kecamatan Nyalindung Desa Cisitu, Purabaya desa Citamiang dan Margaluyu, Kecamatan Lengkong dan Simpenan.

Saat ini memerlukan uluran tangan pemerintah, selain untuk pergantian varietas dengan Gambung 7 juga sarana pengolahan hasil sehingga nilai tambah masih bisa dinikmati para petani teh di Kabupaten Sukabumi,” bebernya.

Lantas apa yang dibutuhkan mereka? Yana menegaskan, mereka sangat membutuhkan sarana pengolahan, seperti mesin pengolah teh hitam, pengolah teh hijau serta oven untuk pengolahan white tea.

Selain itu kegiatan budidaya teh agar pendapatan masyarakat setara UMK harus disertai dengan usaha peternakan diantaranya peternakan ayam kampung atau penggemukan domba.

“Selain itu diperlukan pula campur tangan pemerintah daerah melalui peraturan bupati (Perbup),” bebernya.

Hal itu diperlukan, agar setiap perangkat daerah mengkonsumsi teh hasil produksi petani Sukabumi untuk jamuan tamu.

Begitu pula untuk hotel dan restoran yang ada di wilayah Kabupaten Sukabumi harus menyediakan teh Sukabumi sebagai welcome drink maupun pada jamuan makan .

“serta turut memasarkan teh prroduksi para petani sebagai buah tangan bagi tamu hotel,” tandasnya. (Sri)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *