Melihat Perjuangan Pemuda Pengidap Tumor Ganas Asal Kecamatan Warungkiara (1)

Begitu besar ujian yang dihadapi Syayuti Karim (22) bersama keluarganya. Pemuda asal Desa Hegarmanah, Kecamatan Warungkiara ini selain harus berjuang mempertahankan hidup melawan tumor ganas yang menggerogoti otak dan tubuhnya, ia juga dipaksa harus rela menjalani hidup tanpa sosok ayah. Yah, ayah kandungnya, Aan meninggal diusia ke-70 pada Minggu (12/11) kemarin akibat penyakit jatung akut.

PERLI RIJAL, WARUNGKIARA

Bacaan Lainnya

Rumah panggung milik kakak kandung Syayuti Karim, Titi Lestari (35) di Kampung Babakanjengkol, RT 03/04, Desa Hegarmanah, Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi, tak begitu jauh dari pusat ibu kota Kabupaten Sukabumi.

Untuk mengakses lokasinya, dengan kecepatan 60 KM per jam menggunakan sepeda motor, hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam atau sekitar 33 KM jarak tempuh dari pusat Pemerintahan Kabupaten Sukabumi, Palabuhanratu.

Terlebih lagi, jarak itu sangat dekat jika ditempuh dari kantor Desa Hegarmanah, Kecamatan Warungkiara. Hanya 100 meter atau hanya mebutuhkan waktu 3 sampai 5 menit saja jika berjalan kaki.

Saat wartawan radarsukabumi mengunjungi rumah panggung milik Titi ini, di balik pintu utama, tepatnya di ruang tamu, terlihat jelas pemuda bertubuh kurus tergeletak di lantai berlapis tikar dan kasur.

Ia mengenakan kaos singlet putih dan kolor hitam. Di hidungnya terpasang selang putih kecil sebagai alat bantu pernafasan. Begitu pun di bagian lehernya yang sudah bolong dipasang selang untuk alat memasukan cairan makanan. Sungguh menyedihkan, lantaran anak ketujuh dari sembilan bersaudara ini sudah tak bisa memasukkan cairan makanan melalui mulutnya dengan normal.

Kini suaranya pun tiada. Yang terdengar hanya suara nafas yang dihembuskan Karim. Sudah enam bulan terakhir, penyakit tumor yang diidap pemuda lulusan Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Kedung, Kecamatan Warungkiara ini semakin mengganas.

“Setiap disuapi makanan, selalu dimuntahkan. Jadi supaya makanan tetap bisa masuk, melalui selang yang dipasang,” ujar Titin kepada Radar Sukabumi seraya matanya berkaca-kaca.

Melihat kondisi adiknya yang terus memburuk, Titin mengaku tak tega melihatnya, terlebih saat ia menahan sakit. Berbagai usaha pun sudah dilakukan. Seperti membawanya ke Puskesmas Warungkiara, Rumah Sakit Palabuhanratu dan RSUD R Syamsudin Kota Sukabumi.

“Sudah dibawa, tapi terakhir harus dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Alhamdulillah, selama pengobatan kami gunakan BPJS,” imbuhnya.

Bukan ia tak mau memperjuangkan pengobatan untuk adiknya itu, kendati sudah dijamin BPJS dan dirujuk oleh dokter ahli syaraf RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, tetapi ia merasa kebingungan soal biaya transportasi dan biaya hidup selama menunggu di RSHS Bandung.

Lantaran, penanganan di RSHS tentunya akan membutuhkan waktu yang tak sebentar dan pastinya membutuhkan biaya yang tak sedikit. “Untuk makan saja, dalam sehari minimal membutuhkan Rp70 ribu. Kan adik saya ini sudah tak bisa masuk makanan selain susu yang dianjurkan dokter. Kalau dibawa ke RSHS, tentu butuh biaya yang tidak sedikit,” lirihnya.

Setiap hari, sedikitnya 10 kali mulut dan leher Karim harus dibersihkan menggunakan alat sedot. Tentu saja, kondisi ini begitu sangat menyedihkan. Bahkan, mengantisipasi terjadinya pemadaman listrik, Titin juga terpaksa harus menyewa genset kecil seharga Rp500 ribu supaya penerangan rumah tidak terganggu. “Sedih dan pilu melihat kondisi adik saya ini. Semoga saja, dia selalu diberi kesabaran dalam menghadapi dan melawan penyakitnya itu,” harap Titin.

Di tengah-tengah serangan tumor ganasnya itu, Karim melalui kakaknya menyampaikan sebuah harapan. Ia berharap bisa segera memiliki kursi roda. Ya, harapan sederhana itu semata-mata Karim ingin melihat lingkungan sekitar rumah dan tetangganya yang telah peduli selama ini terhadap kehidupan dia dan keluarga.

“Tapi, jangankan untuk kursi roda, untuk biaya makannya saja kami kelimpungan. Beruntung banyak saudara dan tetangga banyak yang peduli,” imbuhnya seraya lirih.

Mendengar harapan itu, Kades Hegarnanah, Ade Ruslan berjanji bakal mengabulkan keinginan Karim. Ia juga mengaku malu karena baru tahu Karim menginginkan kursi roda.

“Kita akan usahakan meminta ke Dinsos melalui Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK). Kalau tidak dapat juga, bisa menggunakan dana desa atau apa saja,” janjinya.

Selama ini, Ade bersama warganya kerap membantu secara swadaya. Lantaran, gotong royong di kampung itu masih kental apalagi untuk membantu orang sakit. “Kalau untuk orang sakit Alhamdulillah masih kompak. Hampir semua tetangga sudah menengoknya. Kalau untuk roda akan kita usahakan secepatnya,” ulasnya.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *