Mengulas Solusi Tepat Muraz-Fahmi Atasi Pengangguran

SUKABUMI – Ketidak-seimbangan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah Kota Sukabumi yang hanya meliputi 48,42 Km2, diyakini menjadi salah satu faktor penghambat dalam menekan angka pengangguran.

Tercatat pada tahun 2016 silam, jumlah pengangguran di daerah tersebut mencapai 14.200 orang. Solusi tepat apakah yang ditempuh Walikota Sukabumi M Muraz dan Wakil Walikota Sukabumi Achmad Fahmi dalam meredam angka pengangguran tersebut ?

Bacaan Lainnya

Laporan Tony Kamajaya

Banyaknya warga yang menyandang status Tuna Karya, sebutan bagi orang yang tidak atau belum mendapatkan pekerjaan, merupakan permasalahan pelik yang harus dihadapi oleh seluruh daerah di negeri ini.

Data pada Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan jumlah pengangguran di Indonesia per Agustus 2017 mencapai sebesar 7,04 juta orang.

Tak terkecuali Kota Sukabumi. Daerah berpenduduk sekitar 310 ribu jiwa tersebut harus berjibaku menyejahterakan masyarakatnya dengan cara memanfaatkan secara optimal kekayaan sumber daya alam.

Namun seiring dengan upaya tersebut, persoalan pengangguran tidak pernah reda setiap tahunnya. Jika dibiarkan, maka masalah pengangguran itu akan memicu perekonomian daerah menjadi terpuruk.

Menyadari hal tersebut, pasangan Muraz-Fahmi sepakat untuk meramu strategi agar menjadi solusi tepat dalam mengatasi masalah pengangguran.

Setidaknya ada lebih dari tiga langkah yang telah diluncurkan pemerintah daerah selama kurun waktu empat tahun terakhir ini. Hasilnya pun tidak terlampau mengecewakan, bahkan terbilang sukses meski berjalan perlahan.

Walikota Sukabumi M Muraz mengutarakan salah satu siasat yang saat ini tengah dijalankan oleh pemerintah daerah yaitu membuka sekolah vokasi atau pendidikan pengganti diploma sebanyak-banyaknya.

“Kehadiran sekolah vokasi ini diyakini akan menjadi solusi dalam meminimalisir angka pengangguran,” tegas Muraz.

Selain itu, beberapa jurus jitu lainnya adalah mendorong masyarakat untuk berwirausaha. Langkah ini bukan hanya sekedar membuka usaha sendiri, tetapi dengan langkah itu juga sekaligus menjadi solusi dalam mengentaskan kemiskinan. meningkatkan mutu pendidikan terutama di jenjang sekolah lanjutan atas atau kejuruan.

Tujuannya agar setiap lulusan memiliki kualitas diri yang sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan, terpenting lagi mampu bersaing dengan para pencari kerja lainnya.

Solusi terakhir yang digenjot pemerintah daerah adalah menyelenggarakan bursa lapangan kerja secara secara intensif, baik berskala umum maupun bursa kerja khusus di setiap sekolah.

Termasuk menggelar Job Matching yang diselenggarakan di SMK Negeri 1 Sukabumi pada 4-5 November 2017 lalu.

Wakil Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi menyebutkan kegiatan Job Matching akan mempermudah bagi para calon tenaga kerja dalam mengakses atau memperoleh lapangan pekerjaan.

Utamanya dalam meningkatkan daya serap tamatan SMK di dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahliannya. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan untuk membantu para lulusan SMK yang akan masuk dunia kerja.

Karenanya Fahmi menilai penyerapan tenaga kerja dengan sistem job matching dirasa efektif dalam menekan angka pengangguran di Sukabumi.

“Sejumlah perusahaan baik yang ada di Sukabumi maupun luar daerah telah menyampaikan informasi lowongan kerjanya melalui kegiatan ajang job matching, respon perusahaan juga cukup bagus,” ungkap Fahmi.

Sementara itu berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) setempat menunjukan hingga akhir Oktober 2017 silam, jumlah penyerapan tenaga kerja baru mencapai 80 persen atau sekitar 3.600 orang dari angka target yang ditetapkan Pemda Kota Sukabumi setiap tahunnya sebanyak 5000 orang.

Diperkirakan hingga akhir tahun mendatang, target tersebut akan tercapai mengingat akan adanya lowongan pekerjaan dari sejumlah perusahaan yang bergerak di sektor kuliner serta perhotelan.

Sekretaris Disnaker Kota Sukabumi Iyan Damayanti menyebutkan dalam satu gelaran Job Fair atau bursa lowongan kerja yang digelar oleh pemerintah daerah, setidaknya mampu menyerap tenaga kerja hingga lebih dari 3000 orang.

Betapa tidak, kegiatan itu bisa melibatkan lebih dari 30 perusahaan. Tak heran jika kegiatan sejenis itu diklaim sebagai langkah efektif dalam mengurangi jumlah pengangguran.

“Untuk kedepannya, perusahaan yang akan dilibatkan dalam penyelenggaraan job fair tersebut bukan hanya dari sektor industri saja, tetapi lebih berkembang lagi hingga ke sektor perbankan dan perhotelan,” jelasnya.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *