NU : Lulusan Pesantren Masih Sulit Masuk Universitas Negeri

BANDUNG – Lulusan pesantren masih kesulitan untuk melanjutkan kuliah di universitas atau perguruan tinggi (PT) negeri. Dibutuhkan regulasi yang menunjang untuk penyamarataan status lulusan santri dengan siswa yang sekolah konvensional.

Hal itu diungkapkan wakil Ketua Nahdatul Ulama (NU) Jawa Barat, Abu Bakar Sidik saat ditemui usai acara peringatan hari santri di Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Kamis (26/10/2017).

Bacaan Lainnya

“Para santri ini butuh perhatian dan dukungan regulasi untuk kepentingan pendidikannya. Sejauh ini masih banyak yang susah untuk melanjutkan pendidikan ke universitas negeri. Bukan berarti ga ada, tapi presentasinya kecil,” katanya.

Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kementrian Agama (Kemenag) Jabar ini pun mengatakan, dukungan regulasi itu realistis jika melihat jumlah pesantren yang ada di Jawa Barat mencapai 28 ribu dengan santri kurang lebih 2 juta orang.

Apalagi, saat ini banyak pesantren yang mengadopsi metode pembelajaran modern.

Meski demikian, pengakuan pemerintah terhadap eksistensi santri sudah lebih baik. Seperti pengakuan ijazah santri, baik yang belajar di pesantren modern maupun tradisional.

“Kemenag juga memberikan BOS (bantuan operasional sekolah). Pengharagaan pemerintah terhadap eksistensi kepada pesantren sudah baik,” terangnya.

Momentum peringatan hari santri diharapkan sebagai pengingat dan penyemangat anak mudah untuk mencari ilmu agama. Lalu, membuktikan bahwa santri dan ulama bisa berdampingan dengan kehidupan modern.

“Banyak hal sekarang pesantren menggabungkan pelajaran agama dan kemajuan informasi teknologi,” ucapnya.

Di tempat yang sama, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan mengatakan peringatan hari santri harus terus dilestarikan sebagai bentuk apresiasi terhadap peran pesantren dan ulama dalam sejarah bangsa.

Ia berpesan kepada ribuan santri yang hadir unruk bisa berperan dalam kemajuan peradaban. “Landasan kemajuan (peradaban) kita itu tidak hanya materi, tapi nurani juga. Jadi, pembangunan fisik daerah maju, moralnya juga maju,” imbuhnya.

Memajukan kemajuan peradaban yang utuh perlu diperkuat dengan penguasaan keilmuan yang berasal dari kitab suci dan keilmuan teknologi.

“Ilmu dari quran dan sunnah untuk mengarahkan kehidupan di dunia. Ketika hal itu beriringan dengan kemajuan teknologi, maka pada akhirnya tumbuh peradaban yang harmonis,” pungkasnya.

(bbb)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *