Geliat Usaha Enye di Cikembar, Kabupaten Sukabumi

Singkong Buat Maesah Mampu Meraup Omzet hingga Rp 20 Juta Per Bulan.

Enye sebenarnya bukan kuliner anyar, dalam khasanah makanan khas Indonesia. Sebagai salah satu negara dengan hasil singkong melimpah, tidak heran jika Indonesia kaya akan beragam sajian dengan bahan singkong.

Dari fakta itulah kemudian usaha enye singkong terus bertahan, dan tidak lekang olah perkembangan zaman. Di Kampung Margasari RT 4/9, Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi ada salah satu perempuan yang menggeluti usaha enye ini. Maesah (54), namanya. Bagaimana usahanya? Berikut kisahnya.

BAMBANG SURYANA, Sukabumi

Makin hari, usaha cemilan yang terbuat dari singkong ini makin mampu beradaptasi dengan perkembangan selera dan trend konsumen. Enye singkong memang sering dianggap makanan biasa yang tidak istimewa, tetapi selalu mampu membuat penikmatnya tidak bisa berhenti makan sampai keping terakhirnya.

Terkesan berlebihan, tetapi nyatanya memang itulah kekuatan dari enye singkong tersebut. Itu sebabnya, meski kadang tidak disadari, justru usaha enye singkong bisa menjadi potensi yang mampu menghasilkan berpundi-pundi uang.

Maesah (54), wanita paruh baya itu setiap hari memproduksi enye singkong di rumahnya. Meski hanya dijalankan di rumah, sehari ia bisa memproduksi setidaknya dua kuintal enye yang siap dipasarkan ke beberapa penjual penganan kecil di berbagai kota.

Dalam satu bulan, tidak kurang dari Rp 10 juta – Rp 20 juta omzet berhasil diraupnya.

Berawal dari ketertarikannya pada enye singkong yang menurutnya sangat enak dan renyah, Maesah yang pada awalnya hanya tutor Pendidikan Usia Dini (PAUD) tertarik membuka usaha enye pada 2000 silam.

Mulanya, ide tersebut hanya dijalankan sebagai usaha sampingan saja. Namun, sekitar 2006 jumlah produksinya mulai meningkat. Sehingga dirinya membutuhkan pegawai untuk menghasilkan produk lebih banyak.

“Awalnya, saya tidak ada mimpi untuk membuat perusahaan enye ini. Saya memproduksi hanya sebagai sampingan saja, mengisi waktu luang,” kata Maesah kepada Radar Sukabumi, kemarin (11/10).

Tetapi, setelah banyak orang yang tau bahwa dirinya memproduksi enye. Tidak sedikit warga sekitar berdatangan ke rumahnya, hanya sekadar membeli enye buatannya.

“Ya apa lagi kalau lagi hari besar seperti Idul Fitri dan hari besar lain, banyak yang datang untuk membeli enye buat oleh-oleh,”tututnya.

Dari situ, dirinya terus mengembangkan usaha tersebut dengan berbagai upaya. Sebab, tidak dipungkiri apabila tidak kreatif dalam pembuatannya, maka peminat pun akan bosan.

Maka dari itu, dirinya mencoba membuat stik enye yang mana dari enye yang bentuknya bulan dipotong dengan ukuran panjang sehingga dijuluki stik enye.

“Berkat keuletan dan kreatifitas, Alhamdulillah sampai saat ini saya masih bisa memproduksi enye ini,” paparnya.

Sekarang, dirinya sudah bisa memberdayakan pemuda sekitar untuk bisa bekerja ditempatnya. “Saat ini saya dibantu dengan 15 pegawai,” ujarnya.

Faktor pemasaran yang dirasakan sulit pada awal usaha ini didirikan. Tetapi, hal tersebut dapat dihadapinya dengan sabar dan berupaya semaksimal mungkin.

Alhasil, kini bukan dirinya yang mencari konsumen melainkan konsumen yang mencari produknya.

“Sekarang terbalik, kalau dulu saya yang mencari konsumen, saat ini malah konsumen yang datang ke rumah saya,” sahutnya.

Perlu proses sampai bertahun-tahun untuk akhirnya membuat Maesah berhasil menjual enye, dalam kapasitas yang banyak.

Saat ini demi memenuhi permintaan pasar, pihaknya memanfaatkan lahan pinggir rumah untuk produksi enye singkong tersebut. Perkembangan usaha itupun tidak lantas membuat Maesah berpuas diri.

Masih terus menyempatkan diri mengikuti penyuluhan dari pemerintah setempat, untuk pengembangan usahanya serta terus menjalin komunikasi dengan yang usaha sama sepertinya.

“Saya terus berkomunikasi untuk bertukar informasi bersama rekan saya yang menggeluti usaha di bidang yang sama,” paparnya.

Sementara, masalah harga relatif terjangkau. Sebab enyenya hanya dibandrol mulai Rp 16 ribu/kilogram (Kg).

“Seiring perkembangan zaman, saya pun saat ini menggunakan internet untuk memasarkannya, dan tidak sedikit konsumen dari luar kota seperti Cianjur, Jakarta dan Bandung yang datang untuk membeli enye buatan saya,”tukasnya. (*/t)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *