Kelas Ambruk, Belajar di Tenda ,Disdik Dinilai PHP

SUKABUMI – Potret pendidikan di Sukabumi nampaknya masih menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi pemerintah. Bagaimana tidak, di kabupaten terluas se Jawa-Bali ini, masih saja ada sekolah yang ‘terlantar’.

Seperti puluhan pelajar SDN Leuwipeundeuy Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi. Kemarin (11/9), mereka terpaksa mengikuti proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di tenda Informasi yang diperoleh Radar Sukabumi, proses KBM di tenda ini sudah berlangsung selama dua bulan.

Bacaan Lainnya

Hal tersebut terpaksa dilakukan akibat satu lokal kelas disekolah itu abruk beberapa bulan lalu. Makanya, demi tetap berjalannya kegiatan KBM, pihak sekolah terpaksa dan berinisiatif membangun tenda dengan sederhana dipinggir kantor yang terancam ambruk.

Kepala SDN Leuwipeundeuy, Romli menjelaskan, sekolah yang dipimpinnya memiliki empat lokal kelas dengan jumlah pelajar sebanyak 132 orang dan dibagi menjadi enam Rombongan Belajar (Rombel).

Banyaknya pelajar tak sebanding dengan jumlah ruangan yang ada. Sehingga, sekolah menggunakan sistem ship dibantu dengan tenda untuk menampung siswa kelas tiga.

“Sebanyak 38 peserta didik yang saat ini mengikuti KBM di tenda. Sementara kelas satu dan kelas dua, diberlakukan ship pagi dan siang,” kata Romli kepada Radar Sukabumi, kemarin (11/9).

Kondisi seperti ini lanjut Romli, tentunya sangat berdampak terhadap kenyamanan para pelajar dalam kegiatan menimba ilmu di sekolah.

Soalnya jika musim hujan, kegiatan KBM tak bisa berlangsung karena khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apa lagi, posisi tenda berdekatan dengan kantor yang terancam abruk.

“Kami sudah berusaha mengajukan terkait kekurangan lokal kelas ini sampai tiga kali pengajuan. Tapi hingga saat ini, belum kunjung ada bantuan,” tandasnya.

Sementara itu, guru kelas tiga SDN Leuwipeundeuy, Sumarti mengeluhkan kondisi tersebut. Sebab, sudah beberapa bulan proses KBM di tenda ini berlangsung.

“Otomatis dengan kondisi seperti ini, membuat proses KBM menjadi tidak efektif. Selain itu, kesehat peserta didik juga terganggu. Saat ini saja sudah banyak yang flu dan batuk,” keluhnya.

Sumarti mengaku, setiap adanya pengajuan bantuan pihak dinas, selalu melakukan peninjauan ke sekolah. Bahkan, sudah ada informasi dalam waktu dekat akan menerima bantuan.

Sayangnya, samapai kini tidak ada realisasinya. “Ya katanya sekolah kami akan diutamakan, tapi samapai sekarang belum kunjung ada bantuan. Hanya Pemberi Harapan Palsu (PHP),” celotehnya.

Ia berharap, pemerintah dapat secepatnya memberikan bantuan berupa pembangunan dua lokal kelas untuk menunjang proses KBM di SDN Leuwipeundeuy kembali normal.

Tak hanya itu, pihaknya juga menginginkan adanya bantuan untuk pembangunan kantor. Sebab, kantor yang ada saat ini ada sudah tak laik pakai, bahkan terancam ambruk.

“Jika turun hujan, kami sudah tidak berani berada dalam kantor, khawatir ambruk. Kami harap secepatnya pemerintah memberikan bantuan,” harapnya.

 

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Sukabumi, Maman Abdurahman mengatakan, saat ini SDN Leuwi Pendeuy sudah dimasukan dalam rencana kerja perbaikan pada anggaran perubahan.

Sebanyak 624 unit ruang belajar yang akan dikucurkan Disdik Kabupaten Sukabumi pada 2018 mendatang. “Termasuk SDN Leuwipeundeuy akan secepatnya diperbaiki.

Kami fokus mengejar perbaikan ruang kelas untuk menunjang dunia pendidikan menuju Kabupaten Sukabumi lebih baik,” singkatnya. (Cr16)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *