Nenek Stroke Tinggal Di Rumah Reot

UNUNGPUYUH – Warga Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Gunung Puyuh, Kota Sukabumi rupanya masih banyak yang belum tersentuh program rumah tidak layak huni (Rutilahu).

Buktinya, setelah awak media menemukan rumah Mak Cacih (50) dan Tosa (55) di Kampung Situawi Pasir, RT1/11, dan mendapatkan perhatian dari pemerintah. Kali ini, rumah di kampung yang sama yang dihuni lima orang dengan kepala keluarga Slamat (34) dan (77) betul-betul lebih memprihatinkan.

Bacaan Lainnya

Gubuk yang berukuran sekitar 9 kali 5 meter itu, tidak memiliki atap. Bahkan, untuk berteduh dari teriknya panas matahari dan ceceran air hujan, Slamat hanya menggunakan terpal berwarna biru bantuan dari Dinas Sosial (Dinsos) untuk menutupi tempat tidur keluarganya.

RUTILAHU: Slamat (34) bersama ibunya Warsih (75) warga Kampung Situawi Pasir, RT1/11, Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Gununpuyuh, saat berada di gubuknya yang beralasakan tanah dan beratap terpal.

Ironisnya, keluarga Slamat yang bekerja sebagai tukang dagang cireng ini, sudah hampir setengah tahun terakhir tinggal digubuk tersebut, dan belum mendapatkan bantuan atau perhatian yang serius dari pemerintah.

Berdasarkan pantauan Radar Sukabumi, di lokasi tempat tinggal Slamat yang beralaskan tanah itu, terlihat kumuh. Ketika hujan turun airnya langsung terjun dengan bebas membasahi perkakas dapur yang terlihat sudah termakan usia.

“Sudah ada sekitar tujuh bulan keluarga saya tinggal di sini. Ya mau gimana lagi, saya rumah tidak ada. Sebelumnya tempat ini, memang rumah. Namun, karena bangunannya sudah tua dan tidak dirawat maka pada Maret 2017 ambruk,” jelas Slamet kepada Radar Sukabumi, Minggu (10/9).

Suami dari Asih Nurasyah (22) ini mengaku, gubuk tersebut telah ditempati lima jiwa. Bahkan Slamat dan Asih sering kali mendapatkan keluhan dari dua orang anaknya yang bernama Nisa Nurcahya (6) yang duduk di kelas satu SD dan Rifki Saputra yang baru bersusia empat bulan.

Terlebih, Nenek tua renta, Warsih (75). Ia mengidap penyakit stroke dan sudah berlangsung empat tahun. Mak Warsih kerap tidak bisa tidur dengan sempurna. Sebab, tempat tidur yang berukuran sekitar dua meter kali 180 CM tersebut, telah digunakan oleh lima jiwa.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *